“apa?” Fiona tersedak.
Rabu, 11 Juli 2012
Bagian Lima
Ternyata dugaan Adrian benar. Sejak kemarin diperjalanan pulang
dari apartemen Fiona, pikiran Adrian mulai melayang-layang entah ke mana.
Arahnya yang jelas sudah pasti ke Fiona Park. Untuk yang kesekian kalinya, Adrian
menepuk kepalanya sendiri, berusaha untuk berpikir jernih. Ia tidak bisa tidur
sampai tengah malam, untungnya Ia berhasil memaksa dirinya untuk memejamkan
mata sambil berusaha menyibukkan pikirannya dengan hal-hal lain.
“Bisa-bisa aku kehilangan sel otak sedikit demi sedikit.” Lirihnya
sambil masih menepuk pelan kepalanya.
Tidak berhasil. Walaupun tadi malam Ia sudah bisa memaksa dirinya
untuk tidur, tetapi masih saja, saat Ia terbangun di pagi hari, hal pertama
yang dipikirkannya adalah nama “Fiona Park”.
“Apa yang salah denganku? Apakah aku harus ke dokter?” ucap Adrian
kepada dirinya sendiri sambil memegangi kepalanya.
“Oi, Adrian.” Terdengar suara lelaki dari ujung pintu, “sedang apa
kau?”
Adrian menoleh ke arah Mike Wylson yang sedang bersandar di pintu
apartemennya, “aku merasa seperti orang gila..” gumam Adrian.
“apa??”
“tidak.” Jawab Adrian cepat.
Mike mengangkat bahu tak acuh, “kau ingat jadwalmu hari ini kan?
Nanti siang kita akan ke lokasi syuting yang sama.”
Adrian hanya mengangguk, “lalu, apakah aku ada jadwal pagi ini?”
“sebenarnya ada. Tapi tidak bisa disebut jadwal juga. Kita perlu
membicarakan sponsor kostummu di Korea.” Balas Mike. “Yang akan menjadi sponsor
pakaianmu di Korea adalah butik terkenal di Myong Dong yang sebelumnya sudah mengsponsori
banyak artis terkenal di Seoul.” Lanjut Mike.
Adrian hanya mengangguk dan terdiam mendengarkan penjelasan
managernya itu. Pikirannya pasti tidak terpusat dengan apa yang dikatakan
managernya barusan.
“Kau harus bersiap-siap, karena setengah jam lagi kita akan
berangkat ke butik itu.” Ujar Mike menyadari Adrian yang sedang melamun.
“apa??”
“Kau tidak mendengarkan
perkataanku barusan?” Alis Mike
terangkat, “kita akan pergi ke butik setengah jam lagi.” Ulangnya.
“oh iya iya.” Adrian lalu beranjak dari sofanya, “aku akan segera
turun. Mm, butik di Myong Dong, butik yang akan mengadakan fashion show adikku
bukan?”
Fiona sedang sibuk mengetik artikel di perpustakaan sampai
tiba-tiba Min Rae datang terburu-buru dengan menggenggam majalah di tangannya,
“Hwa Young-ssi!” serunya sambil berbisik dari kejauhan.
Fiona mendengar temannya itu, tetapi Ia hanya menoleh dan tidak
memperdulikan temannya itu. Sedang apa Min Rae di jam-jam sibuk seperti ini?
Min Rae mendengus, “Hwa Young-ssi! Cepat kemari!”
Fiona menoleh lagi, dan kali ini Ia memelototi Min Rae. Ia
berbisik, “ada apa??”
Min Rae tidak menjawab, tetapi Ia menggerak-gerakkan tangannya,
menyuruh Fiona untuk datang ke arahnya secepatnya. Karena tidak ingin membuat
keributan di perpustakaan yang hening itu, akhirnya Fiona terpaksa keluar
menghampiri Min Rae.
Fiona lalu mendecakkan lidah, “ada apa sih?” tanyanya dengan nada
agak kesal.
Namun Min Rae mengiyakkan reaksi sahabatnya itu. Min Rae tersenyum
lebar dan Fiona tau persis dengan tatapan mata hitam Min Rae yang
berkilat-kilat itu.
Dengan bersemangat, Min Rae memperlihatkan majalah itu kepada
Fiona, “Lihat!” seru Min Rae sambil sekali lagi menodongkan majalah itu di
depan mata Fiona.
“Adrian Harrison, Hwa Young! Dia sudah ada di Korea sejak dua hari
yang lalu!” kini suara Min Rae begitu keras sampai-sampai Fiona mengerjapkan
matanya kaget.
Masih dengan semangat yang membara-bara, Min Rae melanjutkan, “Ya
ampun, dia bahkan sudah memulai syuting sejak kemarin! Oh oh, dan syutingnya
itu ternyata di Lake Park, Ilsan!”
Fiona hanya tersenyum geli melihat reaksi temannya yang sudah
tidak karuan itu. Kalau sudah berurusan dengan artis atau aktor tampan dan
terkenal, Min Rae memang jagonya.
“Aku benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa menyembunyikan
kedatangannya di Korea dari fans-fans nya.” ucap Min Rae sambil masih melihat
foto Adrian Harrison yang memenuhi halaman depan majalah itu. Namun beberapa
saat kemudian, alis Min Rae terangkat, “tunggu dulu….”
Fiona hanya menatap Min Rae dengan polos, menunggu apa yang akan
dikatakan sahabatnya itu selanjutnya. “Lake Park di Ilsan?” ucap Min Rae dengan
nada berpikir. Min Rae lalu menatap Fiona, “kau bilang ke mana kemarin?”
“apa?”
“kau bilang ke mana kemarin? Lokasi syuting ayahmu?” tanya Min Rae
kali ini lebih jelas.
Fiona terdiam sesaat. Gawat. Mungkin saja kalau Min Rae menyadari
hal yang sebenarnya kemarin, sahabatnya ini akan menghabisinya dengan omelan
yang tak ada ujungnya.
“Lake Park, Ilsan.” Aku Fiona masih dengan raut wajah yang polos.
“Ya ampun!!” seru Min Rae yang sekali lagi membuat Fiona
terperanjat. “berarti kemarin kau melihat Adrian Harrison secara langsung?
Kenapa tidak bilang-bilang! Kalau tau begitu, aku pasti akan mengantarmu
menemui ayahmu kemarin!” ujar Min Rae dengan nada menyesal.
Fiona tertawa melihat ekspresi wajah sahabatnya itu, “mana mungkin
aku membiarkanmu melupakan tugasmu sementara kamu lebih memilih untuk menemui
artis?”
Min Rae hanya melipat kedua tangannya dan mendengus. Fiona lalu
menepuk pundak Min Rae, “sudahlah, jangan terlihat kesal seperti itu. Aku minta
maaf, oke? Lagi pula Adrian Harrison masih akan lama di Korea. Dia akan syuting
lagi siang ini di Ilsan. Kalau kau mau, kunjungi saja dia ke sana.”
Min Rae lalu menatap Fiona dan kali ini dengan ekspresi wajah yang
berubah cerah, “benarkah??” ucapnya dengan semangat.
“tapi sama saja. Kali ini pasti sudah banyak fans yang mengetahui
keberadaannya. Dan akan susah bagiku untuk melihat wajahnya itu dari dekat.”
Keluh Min Rae.
“kalau kamu tidak mau, ya sudah. Lanjutkan saja tugasmu yang belum
selesai.” Gurau Fiona.
“Hwa Young-ssi!”
Fiona hanya tersenyum kecil lalu melihat jam tangannya, “aku harus
segera ke butik sekarang. Sampai ketemu nanti.”
Sesampainya di butik, Adrian merasa
terkesima melihat deretan para designer yang sudah menyambutnya di depan butik
itu. Mereka tersenyum dengan ramah dan membungkuk sedikit, memberi salam kepada
Adrian Harrison. Karena sadar bahwa Ia sekarang ada di Korea Selatan, Adrian
teringat dengan adat dari kampung halamannya yang satu ini dan Ia membalas
salam para designer itu. Sepertinya orang-orang sudah mulai menyadari
kedatangannya di Korea.
Mike yang berjalan disebelah Adrian
berbisik, “apa kau sudah melihat di televisi tadi pagi?”
“melihat apa?” tanya Adrian heran.
“wajahmu sudah mulai terpampang di
mana-mana.” Jawab Mike langsung. “bukan hanya di televisi, tapi juga di Koran
dan majalah-majalah.” Dugaan Adrian barusan ternyata benar. Orang-orang sudah
mulai menyadari kedatangannya di Korea.
Adrian yang mendengar perkataan
managernya lalu mendesah pelan, “itu berarti aku tidak bisa berjalan-jalan
sendiri lagi.”
Saat memasuki butik, seorang wanita
paruh baya yang terlihat berumur 40an sudah berdiri dengan tersenyum ramah
kepada Adrian. “selamat datang di butik kami.” Ucapnya dalam bahasa Inggris yang
fasih sambil sedikit membungkuk.
“terima kasih telah memilih butik kami
sebagai sponsor kostum anda selama anda di Korea.” Lanjut wanita pemilik butik
terkenal itu, Mrs. Song.
Adrian membalas salamnya, “terima
kasih karena sudah menyambut saya.” Jawabnya dengan senyumannya yang terkenal
itu.
“Kami sudah mempersiapkan beberapa
rancangan pakaian yang cocok untuk anda, mungkin sambil menunggu designer
bersiap-siap, anda bisa meminum teh di lounge
kami?” tawar Mrs. Song.
Saat baru sampai di butik, Fiona sedikit
terkejut dengan keadaan butik yang begitu berbeda dari biasanya. Studio ruang
bekerja yang biasanya penuh dengan kain bercorak, baik kain sisa potongan atau
kain yang sudah siap untuk di jahit kini begitu bersih mengkilap.
“ada apa ini?” Fiona masih bertanya-tanya.
Ia lalu melihat salah satu rekan kerjanya yang keluar dari ruangannya, “Hyo
Na-ssi, sedang ada apa sekarang?”
Rekan kerjanya itu lalu menatap Fiona
dengan heran, “kau tidak tau, Hwa Young-ssi?”
“apa? Tau apa?”
“Hari ini kita kedatangan tamu yang
sangat spesial. Artis muda terkenal dari Inggris itu, Adrian Harrison. Butik
kita menjadi sponsor pakaiannya di Korea.” Jelas rekan kerjanya itu dengan
bersemangat.
Fiona merasa rekan kerjanya yang satu
ini mungkin juga salah satu dari penggemar fanatik Adrian Harrison. “benarkah?”
ucap Fiona singkat. Ia memang ingat kalau satu minggu yang lalu Mrs. Song
memang sempat membahas kalau butiknya akan menjadi sponsor artis terkenal. Tapi
Ia tidak pernah menyangka kalau artis itu adalah Adrian Harrison.
“sekarang kau lebih baik cepat-cepat
menghadap Mrs. Song.” Kata rekan kerjanya membuyarkan lamunan Fiona. “dia ingin
segera bertemu denganmu.”
“sekarang?”
“iya, sekarang. Mungkin dia akan
memintamu untuk memilihkan pakaian yang cocok untuk Adrian Harrison. Pilihanmu
kan selalu tepat. Aah aku iri sekali padamu, Hwa Young-ssi!” ucap rekan
kerjanya itu dengan nada kesal yang dibuat-buat.
Fiona hanya menanggapinya dengan
senyum tipis, lalu segera bergegas menuju ruangan Mrs. Song.
“Apakah anda mencari saya, Mrs. Song?”
Mrs. Song yang tadinya sedang
memperhatikan file foto rancangan lalu mendongak ke arah Fiona, “oh, Hwa
Young-ssi. Syukurlah kau sudah datang. Kau tau kita kedatangan Adrian Harrison
hari ini kan? Tolong segera antarkan beberapa pakaian ke atas, dia sedang
menunggu di lounge. Jangan
terburu-buru memilih pakaiannya. Pilih yang terbaik, oke?” ujar Mrs. Song
secepat kilat.
Fiona mengerjapkan matanya sekali,
baru kali ini Ia melihat Mrs.Song yang grogi seperti itu. Biasanya, walau
sesibuk apapun pekerjaannya sebagai seorang pemilik butik terkenal, Mrs. Song
selalu mengatasi situasi dengan sikap yang tenang dan cerdas. Apakah Ia seperti
ini karena kedatangan artis terkenal dari luar negeri? Kenapa hampir semua
orang disekeliling Fiona menjadi tidak karuan begini?
Fiona hanya mengangguk dan Ia bergegas
ke rak pakaian dan memilih setidaknya lima model pakaian yang akan dipilih oleh
Adrian Harrison. Selama memilih pakaian, Fiona bertanya-tanya dalam hati. Apa
yang akan Ia katakan pada Adrian nanti? Apakah lelaki itu akan terlihat kesal
karena kemarin Fiona meninggalkannya di stasiun kereta? Fiona lalu
menggelengkan kepalanya,
Tidak
usah, tidak usah dipikirkan. Santai saja, Fiona. Kau tidak salah
meninggalkannya kemarin. Ucap Fiona dalam hati.
Adrian sedang terduduk di sofa tanpa sedikitpun menyentuh teh yang
sudah disiapkan untuknya di atas meja.
“Kau tidak meminum tehnya? Cepat diminum sebelum dingin. Kau tidak
pernah merasakan teh yang menyegarkan seperti ini di London.” Ujar Mike sambil
menyeduh secangkir teh, sadar kalau Adrian sedang melamun.
“mm.” gumam Adrian.
Mike lalu meliriknya, “kau ini kenapa? Ada yang dipikirkan? Kau
terlihat sedikit murung sejak tadi pagi.”
Adrian masih tidak menjawab. Ia masih menatap dengan pandangan
kosong. “Oi, Ad. Apa kau sedih karena tidak bisa berjalan sendiri dengan bebas
di Korea?” tebak Mike.
Adrian menghela napas, “ya begitulah.” Timpalnya. Walaupun itu
bukan satu-satunya alasan Ia terlihat murung seperti ini.
“itu urusan gampang…” Mike menaruh tehnya, “gunakan saja topi,
kacamata gelap dan syal tebal seperti yang kau biasa lakukan di London, selesai
kan?”
Adrian kali ini tidak menjawab lagi. Ia menopang dagunya dengan
kedua tangannya. Beberapa saat kemudian, terdengar seseorang membuka pintu,
“permisi…” ucap gadis itu sambil memegang gantungan-gantungan baju.
Adrian menoleh ke arahnya dan matanya pun melebar.
Fiona
Park? Pikir Adrian. Tiba-tiba Ia merasa perasaan muramnya menguap begitu
saja dari tubuhnya.
Fiona tersenyum kepada Mike Wylson dan Adrian.
“aahh Park Hwa Young? Putri sutradara Ethan Park kan?” ucap Mike
setelah mengingat wajah gadis yang berdiri di depannya itu. Fiona mengangguk.
“ternyata kau bekerja di sini juga? Wah, tidak menyangka akan
bertemu denganmu di sini.” Ucap Mike dengan ramah.
“Aku di sini bekerja sebagai junior
designer. Dan sekarang aku membawa baju-baju untuk dipilih oleh Adrian.”
“wahh kebetulan sekali kalau begitu.” Kata Mike dengan nada puas.
Tiba-tiba suara handphonenya berbunyi, “ada telepon penting. Aku permisi dulu.”
Mike lalu memberikan tanda pada Adrian kalau Ia ingin keluar.
Adrian mengangguk tak acuh. Kemudian Ia menatap Fiona. “kita
bertemu lagi.”
Fiona hanya tersenyum kecil dan menyodorkan pakaian-pakaian itu
pada Adrian, “dan kau tidak menyangka kalau kita akan bertemu lagi di sini.”
Ucap Fiona.
“kau sebenarnya sudah tau kalau aku akan datang ke butik ini?”
tanya Adrian sambil menerima pakaian-pakaian itu.
“memang, tapi tidak juga. Aku kira artis yang akan datang kemari
adalah artis terkenal lainnya. Ternyata artis itu kamu.” Jawab Fiona.
Adrian lalu melihat pakaian-pakaian yang ada ditangannya, seulas
senyum tersungging di bibirnya, “apakah kau yang memilih pakaian-pakaian ini?”
Fiona mengangguk, “ya.”
“Bagaimana kau tau selera pakaianku?”
“itu bukan karena aku mengetahui selera pakaianmu. Aku memang
punya selera yang baik dalam memilih pakaian.” Aku Fiona dengan polos.
Adrian lalu terkekeh dan kembali sibuk memilih satu diantara lima
pakaian itu. Fiona yang memperhatikannya kemudian mendorong diri untuk
bertanya, “apa kau sudah lihat tabloid atau surat kabar hari ini?”
Adrian lalu menatap Fiona dan pura-pura tidak tahu, “tentang apa?”
“tentangmu. Kau sudah ada di mana-mana sekarang.”
Adrian hanya mendesah kecil dan memperlihatkan ekspresi kecewa
yang dibuat-buat. “memang. Haah sayang sekali, padahal aku berencana untuk
berjalan-jalan sendiri di Seoul. Tapi sepertinya aku harus pergi dengan dikawal
dari sekarang.” Guraunya.
Fiona hanya tertawa, “aku bilang juga apa… gunakan kacamata, syal
tebal dan kostum lainnya. Jangan jalan-jalan di depan publik tanpa semua itu
kalau kau tidak ingin dikejar-kejar fans fanatikmu.”
Adrian yang melihat Fiona tertawa tiba-tiba terpaku sejenak. Ia
merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Fiona merasa dirinya diperhatikan, lalu Ia segera berhenti
tertawa, “mmm, kau coba saja dulu pakaian-pakaiannya. Setelah itu turun ke
bawah setelah memilih pakaian.” Fiona lalu membungkuk sedikit, “aku permisi
dulu.”
Adrian masih berdiri di posisi semulanya. Ia lalu tersenyum tipis
memikirkan kejadian kecil barusan. Kenapa gadis itu selalu tersenyum dan
tertawa lalu pergi?
“Hwa Young-ssi, apakah sudah selesai?” tanya Mrs. Song saat Ia
melihat Fiona menuruni tangga.
“Ia sekarang sedang mencoba pakaiannya, mungkin sebentar lagi Ia
akan turun setelah memilih.” Ujar Fiona.
“Baguslah kalau begitu.” Kata Mrs. Song yang kini terlihat lebih
tenang dari sebelumnya. “oh ya, apakah kau ingat fashion show besok? Kau bisa
datang untuk melihat rancangan-rancangan terbaru, sambil mengumpulkan ide
baru.”
Fiona terdiam sesaat, Ia masih ragu, “apakah saya boleh datang?”
Fiona merasa dirinya kurang pantas untuk datang ke fashion show
besok. Yang akan menghadiri acara itu tentunya designer-designer senior yang
sudah terkenal di Korea Selatan. Para model yang akan tampil juga merupakan
model ternama di Seoul, termasuk Catherine Harrison. Merasa dirinya masih
seorang junior, Fiona masih berkecil hati.
“ayolah Hwa Young-ssi.” Bujuk Mrs. Song. Jangan pikirkan dirimu
sebagai seorang junior designer. Kau
kan juga putri dari sutradara Ethan Park?”
Fiona masih terlihat mempertimbangkan. Mungkin memang tidak ada
salahnya untuk datang.
Adrian baru saja selesai mencoba semua pakaian yang diberikan
padanya. Jujur saja, diantara semua pakaian itu, semuanya terlihat menarik.
Adrian semakin yakin soal selera Fiona dalam memilih. Sedikit demi sedikit,
secara tanpa sadar, Adrian mulai mengenal Fiona. Dari wajahnya yang terlihat
murni, polos seperti bidadari, logat Inggrisnya yang begitu jelas dan sekarang,
seleranya yang baik dalam memilih pakaian. Menyadari semua hal itu, seulas
senyuman manis tersungging di bibir Adrian.
“Permisi, saya sudah selesai mencoba semua pakaiannya.” Ujar
Adrian kepada salah satu staff yang berada di lantai satu.
Staff itu tersenyum lalu mengambil semua pakaian yang Adrian
berikan padanya, “junior designer yang
tadi ke mana?” tanya Adrian sambil melihat ke sekeliling.
“Hwa Young-ssi?” tanya staff itu meyakinkan.
Adrian mengangguk, “mm, iya. Hwa Young-ssi.”
“oh, tadi dia bilang dia ingin makan siang.”
“makan siang di mana?” tanya Adrian langsung.
“di rumah makan kimchi
terdekat.” Ujar staff itu sambil menunjuk ke arah rumah makan yang disebutnya.
Jujur, sebenarnya Adrian tidak terlalu tau apa yang dimaksud kimchi itu. Tetapi
Ia pernah dengar kalau kimchi itu adalah acar khas Korea. Ternyata tinggal di
Inggris sejak umur tujuh tahun sudah membuatnya benar-benar terasingkan di
Korea.
“baiklah, terima kasih.” Ucap Adrian sambil membungkukkan badannya
sedikit. Ia ingin mulai membiasakan dirinya dengan adat di Korea.
Fiona sedang menikmati semangkuk kimchi hangat sambil menatap
laptop mininya. Ia sedang melanjutkan cerita yang sudah Ia buat selama 2 minggu
terakhir. Cerita berbahasa Inggris tentang hidupnya belakangan ini. Mungkin
kalau bisa dibilang, cerita tentang seorang gadis yang masih mengharapkan pria
yang sudah jelas-jelas menyakiti perasaannya. Cerita tentang dirinya, Fiona
Park yang masih mengharapkan Lee Jae Woo, mantan kekasih yang tampan dan
mepunyai bakat melukis yang luar biasa. Terbawa dalam suasana hatinya sendiri,
Fiona merasa dirinya kembali ke masa lalu, di mana Ia masih satu-satunya alasan
Lee Jae Woo tersenyum dan tertawa, di mana Ia merupakan wanita yang Lee Jae Woo
pernah lukis untuk pertama kalinya.
Apakah Fiona masih bisa melihat Jae Woo tersenyum seperti itu lagi padanya? Apakah Jae Woo sudah menyingkirkan lukisan Fiona dan menggantikannya
dengan lukisan Kim Ha Ra?
“Ternyata kau ada di sini…” suara itu membuat Fiona terkesiap dan
Ia spontan menutup laptopnya.
Mata Fiona melebar saat Ia menatap Adrian yang sudah duduk di
depannya, “Adrian??”
Adrian tersenyum menatap Fiona. Lagi-lagi, senyuman itu. Senyuman
yang membuat wajah semua gadis merah padam. Tetapi untungnya Fiona pintar
mengontrol emosinya.
“sedang apa kau ada di sini?” Fiona memperhatikan Adrian ke atas
dan ke bawah, “lagi??”
Adrian memperhatikan dirinya sendiri dan mengangkat alis, “apa?
Bukan berarti aku harus memakai syal tebal, kacamata gelap dan topi setiap aku
pergi bukan?”
“apa kau tidak lihat orang-orang disekitar kita? Mereka mulai
memperhatikanmu.” Bisik Fiona agak kesal sambil melirik ke sekeliling ruangan.
“biarkan saja. Aku tidak terlalu ambil pusing. Kalau mereka ingin
meminta tanda tangan, aku akan berikan.”
Fiona lalu mendelik pada Adrian. Kenapa pria ini tiba-tiba menjadi
menjengkelkan seperti ini? Dia bisa saja tidak ambil pusing, tapi Fiona
sendiri? Ia sangat tidak suka diperhatikan banyak orang, apalagi disaat Ia
berada di samping seorang artis terkenal.
“ahhh, aku benar-benar merasa di rumah sendiri.” Ujar Adrian
sambil menyandar dibangkunya.
Fiona melihatnya dengan heran, “kenapa?”
“Karena aku sedang berbicara dengan orang yang juga berdarah
Inggris-Korea.” Jawab Adrian. “Eh.. salah, maksudku, berdarah Korea-Inggris.”
Fiona tersenyum sambil mengaduk-aduk sup kimchinya, “bukankah sama
saja?”
“secara teknis memang sama.” Adrian memperhatikan Fiona yang
sedang mengaduk, “tetapi ada satu hal.”
“apa?”
“kau bisa mengajarkanku bahasa Korea?”
Fiona lalu berhenti mengaduk dan menatap Adrian, “kenapa harus
aku?”
“simple. Karena kau
adalah keturunan Korea-Inggris. Jadi aku akan lebih memahamimu.” Jawab Adrian
sambil tersenyum.
“kau tahu…” Fiona kemudian menyantap satu suap kimchi, “sebagai
keturunan setengah Korea, setidaknya kau harus bisa mengerti bahasa Korea
sehari-hari.”
“aku juga tidak bisa disalahkan, kau tahu? Aku sudah tinggal di
London sejak berumur tujuh tahun. Lain halnya dengan adikku, Catherine yang
sudah tinggal di Korea sejak saat itu.” Ucap Adrian membela diri.
“Jadi, sebagai guru bahasa Koreaku dan juga sebagai perancang
busanaku. Aku pasti akan sering membutuhkan bantuanmu.”
Fiona kini menatap ke arah Adrian dengan mata disipitkan.
Perancang busananya? Memang, tadi Ia yang memilih pakaian untuk Adrian di
butik. Tapi… perancang busananya? Ah, sudahlah, biarkan saja pria ini berkicau.
“Jadi bagaimana? Aku bisa meminta nomor teleponmu kan?”
“apa?” Fiona tersedak.
“apa?” Fiona tersedak.
Adrian mengiyakkan reaksi Fiona, Ia lalu segera mengambil
ponselnya dari jaketnya, “simpan nomor teleponmu di sini.” Ujar Adrian sambil
menyodorkan ponselnya.
Fiona masih menatapnya dengan tatapan curiga, “tidak.” Jawabnya
ketus.
Adrian kemudian mulai memasang wajah kecewa yang dibuat-buat,
“haah, harus di mana lagi aku belajar bahasa Korea? Kalau aku belajar dari
orang-orang di sini, mereka pasti tidak akan terlalu memahamiku. Begitu juga
denganku. Pasti akan sangat susah. Haah… padahal Hyong bilang aku harus
menyesuaikan diri dengan adat di Korea.”
Fiona sekali lagi menatap Adrian dengan ragu. Dalam hati, Adrian
berharap kali ini Fiona akan merubah pikirannya.
“baiklah kalau begitu.” Ucap Fiona pelan. Ia lalu mengulurkan
tangannya, “berikan ponselmu.”
Adrian lalu tersenyum puas, “ahh thank you Fiona-ssi!”
Fiona lalu melihat Adrian dengan alis terangkat, “Fiona-ssi??”
Adrian tertawa rendah, “aku lebih suka memanggilmu Fiona. Boleh kan?
Mungkin karena aku lebih terbiasa dengan nama Inggris. Tapi asal kau tau, nama
Fiona itu nama yang indah.”
Fiona lalu tersenyum kecil sambil menunduk memencet nomornya, “terserah
kau.”
Saat hendak mengembalikan ponsel Adrian, Fiona melihat ke arah luar
jendela. Dan saat itu juga pemandangan yang tidak Ia harapkan ada di depan
matanya. Lee Jae Woo dan Kim Ha Ra. Mereka lagi. Dan untuk ketiga kalinya, Jae
Woo tersenyum seperti itu kepada Ha Ra. Ya ampun, kenapa Fiona merasa tekanan
udara di ruangan ini berkurang?
Adrian yang melihat Fiona tiba-tiba melamun lalu memanggilnya, “Fiona?”
Karena Fiona masih terdiam seperti itu, Adrian kemudian melihat ke
arah pandangan Fiona keluar jendela. Seorang lelaki muda yang sedang
bergandengan tangan dengan gadis muda kurus berambut hitam panjang. Mereka
terlihat seperti pasangan.
Dengan cepat, otak Adrian meresap sesuatu yang sedang terjadi di
sini. Apakah Fiona kenal dengan lelaki itu? Apakah lelaki itu teman Fiona? Atau
apakah… apakah Ia pernah mempunyai hubungan dengan Fiona?
Tidak salah lagi. Tatapan mata Fiona yang Adrian lihat saat ini
benar-benar dalam dan terlihat begitu sedih. Adrian adalah tipe lelaki yang
bisa memahami situasi dengan cepat, dan tebakannya selalu tepat.
Tetapi entah kenapa… kenapa Adrian merasa dadanya sakit melihat
tatapan Fiona yang dalam seperti itu? Tatapan Fiona yang ditujukan untuk pria
lain. Adrian merasakan sesuatu yang Ia tidak sukai untuk pertama kalinya. Untuk
pertama kalinya disaat Fiona ada disekitarnya.
“Cepat habiskan sup kimchimu sebelum dingin.” Suara Adrian
membuyarkan lamunan Fiona.
“Mengharapkan seseorang yang sudah pergi itu tidak baik. Hanya membuang-buang
waktu.” Lanjut Adrian.
Ucapan Adrian barusan membuat Fiona mengerjapkan matanya. Adrian
tau dari mana?
Adrian lalu memperhatikan semangkuk kimchi yang masih diaduk-aduk
Fiona, “kimchi di sini kelihatannya enak. Di mana pelayannya?”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2012 Lady Adelaida: Sunny in Winter. Diberdayakan oleh Blogger.
hay lady, nongol lagi nih aku hehe :D *apadeh*
BalasHapuswah makin seru yaa. ayolah Adrian cepat tembak Fiona biar dia bisa lupain nappeun-namja kayak Jae Woo itu>< aaa gemmes nih hehe.
lanjutnya jangan lama ya~ :)
halo :)
BalasHapushaha mereka kan baru kenalan :p
ahaha iya juga sih-_-
BalasHapustapi tapi gemmes aja gitu, pengen cepat-cepat mereka jadiannya>< xoxo
next next yaa;) hehe