"Asal kau berada disampingku, di mana saja terasa hangat. terlihat terang. semuanya begitu jelas."

Selasa, 10 Juli 2012

Bagian Tiga


“Fiona… ayo buka mulutnya, aaaa”
“Aaaaa…”
smart girl. Bagaimana, enak biskuitnya sayang?”
“enak mama. Lagiii”
“okay, satu lagi……. AAA Awassss!!!”
“Maamaaaa!!!”


“Tidaakkk!!” Fiona tersentak. Mimpi buruk.
“Hwa Young? Ada apa?? Kau baik-baik saja? Mimpi buruk??” tanya Min Rae yang juga terbangun dari tidurnya.
“Min Rae…” lirih Fiona yang masih berusaha mengatur napasnya.
“aku bermimpi tentang ibuku lagi. Soal kecelakaan itu…” ucapnya pelan.
“sudah 2 tahun kita tinggal di apartemen ini dan ini bukan pertama kalinya kamu bermimpi soal kecelakaan itu.” Ujar Min Rae. “mungkin kau hanya banyak pikiran.”
Fiona mengangguk pelan.
“Ya sudah, aku ambilkan air hangat dulu. Setelah itu, tidurlah dengan nyaman. Sekarang masih terlalu subuh.” Kata Min Rae.
Fiona masih terdiam dengan wajahnya yang memucat, “ada apa?” tanya Min Rae yang kemudian meletakkan tangannya di kening Fiona.
“Ya ampun… badanmu panas sekali Hwa Young! Apa kau merasa tidak enak badan?”
Fiona lalu melepaskan tangan Min Rae dari keningnya, “temperaturku memang biasanya naik kalau aku bermimpi buruk.” Ucap Fiona. “tenang saja, aku tidak sakit. Sebentar lagi juga hilang. Aku hanya butuh air hangat.”
Min Rae hanya menurut. “baiklah kalau begitu. Aku ambilkan air hangat dulu.” Min Rae lalu bergegas keluar kamar.
Saat Fiona terduduk sendiri di dalam kamarnya, Ia berjalan pelan menuju cermin. Fiona lalu memperhatikan wajahnya dan menyentuh kedua pipinya. Wajahnya itu sama persis dengan wajah almarhumah ibunya, Julia Scarlett. Matanya yang hijau dan besar, juga bibirnya yang tipis itu benar-benar persis dengan ibunya. Yang membedakannya sedikit hanyalah wajah Fiona yang tidak terlalu berkesan kebarat-baratan. Hanya dengan memandang wajahnya sendiri di cermin, Fiona merasa sangat merindukan ibunya.
“terakhir kali aku melihat wajahmu, ibu… 14 tahun yang lalu.” Gumam Fiona.
"bagaimana keadaanmu di sana sekarang? aku yakin, ibu pasti masih sangat cantik."


Adrian Harrison masih terduduk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kini Ia, managernya dan staf-staf produksi yang lain menetap di apartemen mewah yang terdapat di Susong-Dong, Jongno-Gu. Berbeda dengan staf-staf produksi lainnya, Adrian tinggal sendiri dalam satu apartemen. Mungkin inilah yang membedakan artis utama dengan rekan staf produksi. Kenyamanan artis utama dalam perjalanan jauh harus diutamakan, kalau tidak, rencana video musik itu tidak akan sukses.
Tanpa memperdulikan sekelilingnya, Adrian masih terpaku dengan foto-foto dikameranya yang sedari kemarin sudah dilihatnya berulang-ulang kali. Terutama foto gadis itu. Gadis yang duduk di atas bangku taman di City Hall. Gadis yang dianggapnya seperti bidadari itu. Kenapa di antara semua foto yang dia ambil, hanya foto gadis itu yang membuatnya melamun dan berpikir seperti ini?
“ahhh ada apa denganku?” gumam Adrian.
“aku mungkin mulai gila. Fokus Adrian… Fokus…” ujar Adrian sambil menyingkirkan kameranya.
Tak lama kemudian, pintu apartemen Adrian terbuka, “Ad, sedang apa kau di sana? Sekarang sudah saatnya sarapan.” Kata Mike.
“hah? Baiklah, aku mengerti. kau duluan saja.”
“Cepatlah turun dan nikmati sarapanmu. Kita harus bergegas menuju kantor sutradara Ethan Park.”
“pagi ini?” tanya Adrian dengan heran.
Mike mengangguk, “mm. dia bilang lebih cepat lebih baik. Dia tidak ingin mengulur-ngulur waktu. Lagipula kalau aku pikir-pikir itu ada baiknya juga. Lebih baik kau bersiap-siap sekarang.”
“apa kita hanya akan berbicara dengannya di kantor?” tanya Adrian lagi.
Mike kemudian tersenyum, “setelah itu kita akan pergi ke lokasi syuting di Ilsan. Oh ya, jangan lupa bawa kameramu? Aku yakin pemandangannya akan sangat bagus.”

Fiona sedang terduduk di bangkunya dan dia sedang memeriksa jadwalnya hari ini. Beruntung sekali, hari ini tidak ada jadwal kerja di butik. Itu berarti dia bisa menyempatkan waktu untuk bertemu dengan ayahnya. Sudah satu minggu dia tidak sempat bertemu dengan ayahnya, itu karena kesibukan Fiona sendiri juga karena ayahnya yang sudah memulai project baru dengan artis dari luar. Katanya artis itu adalah artis yang sangat terkenal dan bahkan dia juga mempunyai banyak fans di Korea. Fiona pernah mendengar namanya, Adrian Harrison. Memang, Fiona pernah melihatnya beberapa kali di televisi dan tabloid-tabloid, tetapi dia tidak terlalu mengikuti perkembangan artis dari luar. Satu hal yang paling dia yakini, Adrian Harrison ini adalah kakak dari Katherine Harrison, model terkenal di Seoul saat ini.
Saat Fiona hendak beranjak dari bangkunya, Ia melihat Min Rae masuk ke ruang kelas,
“Min Rae-ssi, apa kau ada waktu sekarang?” tanya Fiona.
Min Rae terlihat menggopong 2 buku tebal ditangannya, “oh, aku baru saja ingin melanjutkan tugasku yang harus dikumpul dua hari lagi. Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah selesai?”
“mm. aku sudah selesaikan sejak 3 hari yang lalu.” Balas Fiona.
“ahh beruntung sekali. Lalu, ada apa menanyakan soal waktuku? Kau mau pergi?”
“ya. Aku ingin pergi menemui ayahku. Maunya aku mengajakmu tadi. Tapi tidak apa-apa, good luck with your work!” ucap Fiona seraya dia bergegas ke luar ruang kelas.
Min Rae hanya tersenyum melihat sahabatnya yang terlihat riang itu.

Fiona lalu segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ayahnya, ada sedikit firasat kalau ayahnya akan sibuk hari ini, tapi Fiona yakin, ayahnya pasti akan mengangkat setiap telepon dari anaknya.
Pada nada tunggu kedua, Fiona bisa mendengar suara dari ujung sana “Halo, Fiona.”
Senyum Fiona lalu mengembang, “Appa?? Bagaimana kabar appa? Baik-baik saja kan?”
Ethan Park tertawa dengan suara rendah, “kamu terdengar begitu semangat nak.” Jawabnya. “Appa baik-baik saja, bagaimana denganmu? Appa dengar kau berhasil mendapatkan beasiswa di Oxford. Selamat ya, Appa sangat bangga padamu.”
Fiona merasa sangat semangat mendengar perkataan ayahnya, kini Ia tersenyum lebar, “appa tau dari mana? Oh, tidak usah dijawab. Aku tau appa selalu seperti memata-mataiku dari jauh. Appa sekarang ada di mana? Apa Fiona bisa bertemu?”
selama beberapa detik, Ethan Park tidak menjawab, “sekarang Appa sedang bergegas ke lokasi syuting untuk video musik artis dari Inggris. Di Ilsan. Apa kau mau ke sini?”
Fiona mengangguk dengan cepat, “maksudnya di Lake Park, Ilsan? Tentu saja. Fiona juga ingin melihat pemandangan yang indah.”
Sedang sibuk berbicara dengan ayahnya di telepon, mata Fiona lalu terarah pada seseorang yang berdiri di depannya. Kini senyum Fiona yang tadinya mengembang tiba-tiba berubah. Dia yakin Lee Jae Woo yang berdiri di depannya ingin berbicara dengannya.
“Appa, Fiona tutup dulu, sampai ketemu nanti.” Ucap Fiona pelan. Lee Jae Woo kemudian mengambil beberapa langkah menghampiri Fiona. Ia lalu mengulurkan tangan kanannya,
“Selamat Hwa Young-ssi.” Jae Woo tersenyum. Dengan perasaan ragu, Fiona tidak membalas kata selamat dari Jae Woo. Namun akhirnya dia menyalami tangan Jae Woo,
“Terima kasih.”
Karena tidak ada kata lain yang terucap oleh Fiona, akhirnya Jae Woo memutuskan untuk bertanya, “kenapa kau tidak memberitahuku soal berita bagus ini?”
Fiona lalu mendongak menatap Jae Woo, “untuk apa??”
“apa??”
“untuk apa aku memberitahumu soal berita ini?” ucap Fiona dengan mantap.
“Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, iya kan? Jadi kalau aku merasa senang atau sedih, itu bukan urusanmu lagi.” Fiona lalu melepas jabatan tangannya dan berjalan melewati Jae Woo yang masih terpaku dalam posisinya.
Seraya Fiona berjalan, Jae Woo membalikkan badannya dan memperhatikan Fiona dari belakang, "mungkin ini memang lebih baik," gumam Jae Woo, "kau membenciku, itu jauh lebih baik. Dari pada aku merasa bersalah..."


“Bagaimana menurutmu pemandangan di sini Adrian?” tanya Ethan Park yang berdiri di samping Adrian. Setelah berdiskusi di kantor sutradara Ethan Park, mereka kini baru sampai di lokasi syuting di Lake Park, Ilsan.
“benar-benar menakjubkan Mr. Park.” Jawab Adrian yang sudah mengalungi kamera dilehernya. “Ini sama persis dengan apa yang saya lihat di foto. Sama persis. Benar-benar lokasi yang sempurna.”
“apa kau baru saja memanggilku Mr. Park?” tanya Ethan dengan alis terangkat.
Kini Adrian memasang raut wajah yang ragu, “iya?”
“jangan Mr. Park. Itu terlalu formal, panggil saja aku Hyong. Walaupun aku sudah berumur 40an, tapi aku lebih nyaman dengan panggilan Hyong.”
“hah?” Adrian masih memasang raut wajah yang heran.
“kau setengah Inggris, setengah Korea kan?” tanya Ethan berusaha meyakinkan. “tau arti kata Hyong tidak?”
“aku tau.. itu panggilan pria kepada pria yang lebih tua kan, atau kakak?”
Ethan lalu mengangguk dan tersenyum, “bagus. Kamu tidak melupakan bahasa ibumu yang lain.” Ucapnya sambil melihat script yang sudah disiapkan untuk syuting hari ini. “berusahalah untuk menyesuaikan diri dengan hal-hal di Korea. Jika kau bisa menyesuaikan diri, maka hasil video musik ini akan lebih bagus.”
Adrian lalu tersenyum dan berpikir, Ia ingat dengan kata-kata adiknya di airport kemarin. Berusahalah untuk menyesuaikan diri dengan hal-hal di Korea, mulai terbiasalah dari sekarang.
“dan satu lagi…” suara Ethan membuyarkan lamunan Adrian, “siapa yang tau kalau mungkin kau akan lebih suka tinggal di Korea dibandingkan di Inggris?”
Adrian menatap Ethan Park dengan sedikit bingung, maksudnya apa? Sejauh ini belum ada dipikiran Adrian untuk tinggal lebih lama di Korea. Tapi kenapa… dia merasa ada sesuatu dibalik perkataan itu? Seperti sesuatu yang benar? Ah, Adrian tidak tau dengan jelas.
“Baiklah semua, syuting akan kita mulai 5 menit lagi!” Perintah Ethan Park kepada semua staff.

Fiona bisa melihat semua peralatan syuting itu dari kejauhan. Monitor, kamera di mana-mana, dan juga reflector, sepertinya sebentar lagi syuting akan dimulai. Tidak apa-apa, Fiona bisa menunggu ayahnya sampai istirahat syuting. Fiona berhenti berjalan dan untuk beberapa saat, Ia memperhatikan semua kru dan staf yang sedang sibuk mempersiapkan peralatan mereka. Fiona merasa kagum dengan apa yang dia lihat. Sepertinya pekerjaan dalam dunia entertainer itu lumayan menyenangkan. Dari kejauhan Fiona bisa melihat ayahnya yang sedang berbicara dengan seorang lelaki muda. Bukan, bukan hanya berbicara tetapi lebih seperti menerangkan atau memberikan instruksi. Lelaki yang sedang berbicara dengan ayahnya itu tinggi dan memiliki wajah yang lumayan. Terlalu lumayan, mungkin? Dia bukan hanya tinggi tetapi postur tubuhnya itu hampir menyamai model dan aktor terkenal Lee Min Ho.Apakah dia artis itu? Artis terkenal dari Inggris, Adrian Harrison?
Sadar dia sudah berdiri di tepi jalan untuk cukup lama, Fiona akhirnya memutuskan untuk duduk di bangku taman dekat pohon berbunga merah muda dan membuka novel yang sudah dia baca selama 2 hari belakangan, Torment.
Sebelum Ia mulai membaca, Fiona kembali melirik ke arah ayahnya yang sedang memberikan instruksi. Fiona tersenyum. Entah kenapa, Ia selalu suka melihat ayahnya bekerja sebagai sutradara. Bagi Fiona, imajinasi ayahnya itu sangat kuat. Mungkin imajinasi Fiona yang kuat dalam menulis itu merupakan turunan dari ayahnya. Pantas saja semua film dan video musik yang rata-rata dikelola ayahnya selalu mendapatkan penghargaan seperti Grammy.
“Oke, jadi  setelah bagian ini, kamu akan berjalan ke arah sana… karena model wanitanya akan syuting terpisah, maka kamu harus berpura-pura dulu seperti kamu mengikutinya ke sana…. Lalu…” saat Ethan Park sedang sibuk memberikan arahan ke keliling taman, pandangan Adrian kemudian terhenti pada satu arah. Gadis itu lagi. Dia duduk di atas bangku lagi. Apa-apaan ini? Apakah jangan-jangan sekarang Adrian hanya membayangkannya? Tidak mungkin. Adrian lalu mengerjapkan matanya, dan masih, dia melihat gadis itu. Ini pasti bukan hanya bayangannya.
“kau sedang melihat ke arah mana??” Sutradara Ethan Park sadar kalau Adrian sedang tidak memperhatikannya.
Lalu Ethan Park melihat ke arah pandangan Adrian, “oh, dia sudah datang…”
“apa??”
“Anakku, dia sudah datang.” Ucap Ethan Park sambil membalikkan script ke halaman yang lain.
Adrian mulai terlihat heran, “dia… anakmu?”
Ethan Park tersenyum, “cantik bukan? haha. Namanya Fiona Park. Tapi orang-orang di sini lebih sering memanggilnya Park Hwa Young.”
Sedikit kaget mendengar perkataan sutradara Ethan Park, Adrian kembali menatap ke arah gadis itu.
“Pantas saja wajahnya tidak asing. Dia mirip Julia Scarlett. Dan dia… seperti bidadari.” Kata Adrian dalam hati.


0 Comments:

Posting Komentar

2012 Lady Adelaida: Sunny in Winter. Diberdayakan oleh Blogger.

© Sunny In Winter, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena