Sabtu, 14 Juli 2012
Bagian Delapan
Pemandangan kota Seoul di malam hari selalu terlihat
terang menderang dan indah dari atas balkon. Namun pemandangan yang bisa
membuat setiap orang menghela napas itu sama sekali tidak diperhatikan Adrian,
Ia termenung di balkon apartemennya. Adrian masih teringat akan percakapannya
dengan Fiona Park siang tadi. Kecelakaan yang Fiona sebut-sebut. Entah mengapa,
setelah mendengar perkataan Fiona itu, Adrian merasa ada sesuatu yang Ia
tinggalkan. Ada sesuatu yang Ia rasakan. Dan itu tidak seperti yang biasanya Ia
rasakan setiap kali Fiona ada di sekitarnya. Hal yang Ia rasakan saat itu
adalah sesuatu yang penting. Adrian sudah memutar otaknya sejak tadi, tetapi Ia
masih belum menemukan jawaban yang jelas.
“Sedang menikmati pemandangan
kota Seoul?” suara Mike Wylson membuat Adrian menoleh.
“Hah? Iya.” Ujar Adrian sambil
melihat ke arah pemandangan. Sejujurnya Ia baru saja menyadari pemandangan
malam kota Seoul yang indah itu. Karena sedari tadi Ia hanya menghabiskan waktu
terduduk dan termenung.
“Apa kau masih uring-uringan?”
tanya Mike seakan-akan Ia mengetahui apa yang sebenarnya Adrian sedang lakukan.
Adrian mendesah pelan, “iya,
sepertinya begitu.”
“kau ke mana siang tadi?”
“mencarinya.”
Alis Mike terangkat heran,
“siapa? Gadis yang membuatmu uring-uringan?”
“ya.” Jawab Adrian singkat lalu
membisu untuk beberapa saat. “aku rasa aku bisa pusing kalau tidak melihat
wajahnya.”
Mike lalu menunduk dan tertawa
kecil mendengar pengakuan Adrian. “pusing? Maksudmu seperti gila?” gurau Mike.
Adrian menatap Mike dan
mendengus, “terserah kau. Tapi itulah kenyataanya. Wajahnya selalu memasuki
pikiranku.”
“Asal kau jangan sampai tidak
konsentrasi besok siang.”
“Apa?” tanya Adrian heran, Ia
tidak mengerti apa yang dimaksud Mike.
“Besok adalah jadwal syuting
bersama model gadis utama di video musikmu. Jangan sampai wajah gadis yang membuatmu uring-uringan ini mengganggu
pikiranmu dan membuat konsentrasimu buyar.” Jelas Mike sambil menatap lurus ke
depan.
Adrian lalu menghela napas pelan
dan Ia mulai penasaran, siapa yang dipilih untuk menjadi model gadis di
videonya. “kau tahu aku profesional.”
“Memang.” Jawab Mike singkat.
Lalu seakan-akan Ia bisa membaca pikiran Adrian, Ia berkata “Model gadisnya
adalah seorang model dan artis muda pendatang baru. Namanya Song Mi Na.”
“siapa?” Adrian merasa Ia pernah
mendengar nama ‘Song’ sebelumnya.
“Song Mi Na.” ulang Mike. “Dia
adalah putri dari pemilik butik terkenal yang menjadi sponsor pakaianmu.”
“Kau yakin tidak menyisakan
semangkuk sup kimchi di apartemen?”
tanya Min Rae yang sedang membuka-buka halaman bukunya sambil berjalan.
Fiona yang memegang rantang
makanan hanya mengangguk, “ya. Lagi pula aku membuatnya tadi pagi. Jadi tidak
sempat membuat banyak-banyak.”
“kau kejam sekali.” Min Rae lalu menyipitkan
kedua matanya, “mentang-mentang kimchi ini
dibuat untuk Adrian, sampai-sampai sahabatnya sendiri dilupakan.”
“ssstt!” Fiona mengatup bibir Min
Rae dengan jari telunjuknya. “kalau kau bicara keras-keras, orang-orang itu akan
tau siapa yang kau bicarakan!”
Min Rae hanya mendengus masih
dengan raut wajah yang terlihat kesal dibuat-buat.
Fiona menatap Min Rae dan
tersenyum, “baiklah, nanti malam akan kubuatkan kimchi spesial untukmu.”
Min Rae yang mendengar perkataan
Fiona kemudian menoleh dan tersenyum. “benarkah? Oh iya, kemarin aku lupa untuk
meminta tanda tangan Adrian karena terlalu sibuk mengagumi logat Inggrisnya.
Kau bisa meminta tanda tangannya untukku kan, Hwa Young-ssi?”
“kenapa harus aku? Kau minta saja
sendiri.” Jawab Fiona tak acuh.
“ahh ayolah Hwa Young-ssi… kau kan sangat baik.”
Bujuk Min Rae sambil menarik-narik lengan Fiona.
“aku tidak mau. Itu akan terlihat
aneh. Lagipula aku bukan fansnya.”
“lalu kau siapanya?”
“apa?” Fiona sedikit terkaget
dengan pertanyaan Min Rae.
“lalu kau siapanya? Pacarnya?”
ucap Min Rae memperjelas.
“apa katamu? Bukan! Aku…. Mm..”
Fiona tiba-tiba mendapati dirinya kebingungan menjawab pertanyaan itu. Kenapa Ia
jadi bingung begini? Fiona memang bukan fansnya, tapi…
“aku hanya kenalannya.” Jawab
Fiona langsung.
“kenalannya.” Ulang Min Rae tapi dengan nada yang sama sekali tidak
terdengar serius.
“kenalan yang begitu baik sampai membawakan
makan siang ke lokasi syuting.” Lanjut Min Rae berusaha memojokkan Fiona.
“ah! Yang itu. Aku baru mulai
menjadi koki kimchi nya.” Fiona
menjentikkan jarinya, merasa jawabannya barusan jauh lebih tepat.
“apa? Kokinya?”
“Min Rae, aku harus segera
bergegas. Soal tanda tangan, lagi pula aku yakin kau akan bertemu lagi
dengannya.” Ujar Fiona tanpa memperdulikan reaksi temannya itu.
Saat Fiona hendak berjalan,
matanya lalu menangkap sosok pria yang sedang berdiri di depannya dan Min Rae.
Otaknya lalu terasa berputar-putar, sedang apa Lee Jae Woo di sini?
“Park Hwa Young.” Sapa Jae Woo
dengan nada yang tenang. Yang benar saja? Sikapnya saat ini benar-benar tenang,
seperti tidak ada yang pernah terjadi di antaranya dan gadis yang kini berdiri
di depannya.
“Lee Jae Woo, sedang apa kau di
sini?” tanya Min Rae dengan nada ketus.
Jae Woo lalu tersenyum ke arah
Min Rae, “Min Rae-ssi. Aku ingin berbicara dengan Hwa Young.”
“dia sedang sibuk.” Jawab Min Rae
cepat. Fiona masih membisu dan menatap Jae Woo dengan tatapan kosong. Ia merasa
dirinya tidak bisa berkata apa-apa.
“Hwa Young-ssi, kau bilang kau
harus bergegas kan?” suara Min Rae menyadarkan Fiona.
“ah, iya.” Jawab Fiona lemah.
“Hwa Young, tunggu dulu. Aku
ingin bicara.” Ujar Jae Woo yang mencegat Fiona berjalan.
“kau mau bicara apa lagi? Hwa
Young-ssi tidak….”
“Min Rae-ssi, tolong berikan
waktu untukku berbicara dengannya.” Sela Jae Woo. Min Rae terlihat ragu, namun
akhirnya Ia menoleh ke arah Fiona yang menganggukkan kepalanya pelan. Min Rae
lalu melihat Jae Woo dengan tatapan mengancam, “awas kalau kau macam-macam.
Kalau kau sampai membuat Hwa Young-ssi sedih lagi, aku akan menghampirimu
besok.”
“Tidak akan.” Kata Jae Woo dan saat itu juga, Min Rae sudah
membalikkan badannya dan pergi.
“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Fiona
saat Min Rae sudah tak terlihat.
“Langsung saja. Ada apa di antara
kau dan artis dari Inggris itu?”
Fiona menatap Jae Woo dengan alis
terangkat, “apa?”
“apa hubunganmu dengan Adrian
Harrison?” ulang Jae Woo masih dengan nada yang tenang.
Fiona lalu tersenyum meremehkan,
“apa itu semua ada hubungannya denganmu?”
“apa kau lupa ayahmu adalah
seorang sutradara Ethan Park?” Adrian balik bertanya. “dan ibumu adalah seorang artis dan model terkenal Julia Scarlett?”
“aku tahu dan aku selalu ingat
itu.” Jawab Fiona dengan nada datar.
“dan apa kau lupa kalau ayahmu
sangat tidak ingin kau berhubungan dengan orang-orang terkenal dan disorot oleh
media?”
“apa pedulimu?” suara Fiona mulai
bergetar, kini dengan nada yang lebih tinggi. “Aku bisa menjaga diriku sendiri,
kau tahu? Dan kau bukan siapa-siapa lagi bagiku. Jadi apapun yang kau katakan
tak akan ada gunanya lagi.”
Jae Woo yang melihat reaksi Fiona
itu terdiam sesaat. Tidak seperti biasanya, Fiona tidak pernah bersikap seperti
ini kepada Jae Woo. Fiona yang Jae Woo kenal dulu adalah selalu tersenyum,
bersikap manis dan lemah dihadapannya. Bahkan Fiona tidak pernah marah kepada
Jae Woo saat mereka bersama.
“Hwa Young, aku…”
“Aku tidak akan pernah
mendengarkanmu lagi. Walaupun yang kau
katakan memang benar. Lebih baik kau urus saja gadis yang sudah menjadi sumber
inspirasi lukisanmu.” Singgung Fiona tegas. Fiona lalu menarik
pergelangan tangannya yang tadi digenggam oleh Jae Woo. Dan dengan perasaan
yang sudah mulai tidak karuan, Ia berjalan dengan cepat.
“aku hanya tidak ingin kau
tersakiti.” Suara Jae Woo yang rendah dan datar itu membuat Fiona terhenti.
“aku hanya mengkhawatirkanmu.
Memang, aku hanya seorang laki-laki kurang ajar yang sudah mengkhianati gadis
polos sepertimu.” Lanjut Jae Woo. Fiona lalu merasa dadanya baru saja dihantam
sesuatu. “aku tahu kau tidak suka berada di tengah-tengah orang banyak,
terutama orang-orang terkenal seperti dia. Aku hanya mengkhawatirkanmu. Dan
kalau kau memang sudah bilang begitu, apa boleh buat. Aku tidak akan
mengganggumu lagi.” Jae Woo lalu menoleh ke arah Fiona yang masih berdiri
memunggunginya. “Selamat tinggal, Hwa Young.”
Fiona memilih untuk membisu. Ia
lalu memeluk rantang makanan yang sudah Ia genggam erat sejak tadi. Fiona
merasa tidak sanggup untuk mengatakan apa-apa lagi. Sekarang Ia mulai meragukan
dirinya sendiri. Apakah yang Ia katakan tadi benar? Apakah Ia benar-benar tidak
akan mendengarkan Jae Woo lagi? Apakah keputusannya untuk tetap bertemu dengan
Adrian adalah benar?
“Kita akan mulai syutingnya satu
jam lagi!” seru sutradara Ethan Park dengan suara yang lantang.
Adrian sedang terduduk di kursi
santainya yang bertuliskan “A.H” di
sisi belakang kursi. Sedari tadi Ia sudah menatap dan memainkan ponsel di
tangannya. “kenapa belum datang juga?”
“Siapa yang belum datang?” tanya
Mike tiba-tiba.
Adrian lalu menoleh ke arah
managernya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku, “bukan siapa-siapa.”
“kau sudah makan siang? Sebaiknya
kau makan dulu sebelum syuting dimulai.” Saran Mike tanpa merasa penasaran
tentang siapa yang ditunggu Adrian.
Adrian menggeleng kepalanya, “kau
makan siang saja duluan. Aku sedang menunggu makan siangku.”
“kau sempat memesan delivery?”
“tidak. Dia sudah janji kemarin.”
Mike terdiam sejenak dan seulas
senyum tersungging dibibirnya. “jangan-jangan…”
Adrian yang mendengar nada suara
Mike yang mencurigakan itu lalu menoleh, “jangan-jangan apa? Sudah, kau makan
saja sana.” Adrian mengibas-ngibaskan tangannya.
Mike tertawa rendah, “oh iya,
hanya memberitahumu. Song Mi Na akan datang dalam 30 menit.”
“apa aku perlu tahu?” balas
Adrian tak acuh.
“tentu saja. Saat dia datang kau
harus bertemu dengannya sebelum syuting dimulai. Atau otakmu akan dikacaukan
lagi dengan bayangan gadis misterius itu.”
Adrian menatap managernya dengan kedua mata disipitkan. “sebentar lagi juga kau
akan tahu siapa gadis itu.” Gumam Adrian.
“apa?”
“Adrian, ada yang datang
mencarimu.” seru salah satu staff produksi yang merupakan orang Korea.
Mike yang tadinya tidak begitu
mendengar ucapan Adrian lalu menoleh ke arah staff itu, “siapa yang
mencarinya?”
“Park Hwa Young.” Jawab staff itu
sambil tersenyum. Mata Mike melebar, Ia merasa ada bohlam lampu yang menyala di
dalam kepalanya. “jadi gadis itu… Hwa Young?” tanya Mike sambil berbisik.
Adrian hanya tersenyum manis
kepada managernya, lalu tanpa menjawabnya, Ia beranjak dari tempat duduknya
dan berjalan melewati Mike dengan senyum yang merekah.
“wah, lihat anak itu. Tadi baru
saja aku melihatnya melamun, sekarang tiba-tiba wajahnya riang begitu. Seperti
cuaca di London saja.” Ujar Mike dengan puas sambil membanding-bandingkan
Adrian dengan cuaca yang tak menentu di London. Staff produksi yang tidak
terlalu mengerti bahasa Inggris itu hanya mengangguk-ngangguk.
“Fiona-ssi?”
Fiona yang sedari tadi memainkan
jarinya di atas rantang makanan kemudian menoleh dan melihat Adrian tersenyum
kepadanya. Senyuman itu terlihat begitu cerah, membuat Fiona lupa akan
perasaannya yang sempat memburuk sesaat.
Adrian lalu menatap Fiona dengan
heran, “kenapa raut wajahmu seperti itu?”
Fiona terdiam sejenak. Apakah ekspresi wajahnya yang murung itu benar-benar
terlihat?
“ada apa lagi?” tanya Adrian.
“tidak ada apa-apa. Hanya ada masalah
kecil di kampus tadi.” Ungkap Fiona.
“apa? Tugasmu menumpuk?”
Fiona menggeleng. “Dosenmu ada yang
marah?” tebak Adrian lagi.
“tidak.”
Adrian lalu terdiam sesaat dan kembali
menebak, “Lee Jae Woo.”
Suara Adrian barusan terdengar datar
dan meyakinkan. Fiona lalu hanya menunduk dan tersenyum lemah. Namun Ia akhirnya
mendongak dan berusaha tersenyum manis. “seperti janjiku kemarin. Aku datang
untuk membawakanmu sup kimchi.” Ujar
Fiona sambil memberikan rantang makanan kepada Adrian.
Adrian tidak berkata dan memperhatikan
Fiona untuk beberapa saat. Ia yakin dugaannya barusan memang benar. Namun Ia tidak
ingin membahas soal Lee Jae Woo. Adrian lalu menatap rantang makanan itu dan
tersenyum, “buatanmu?”
“tentu saja. Seperti yang aku
janjikan.” Jawab Fiona. Ia lalu melihat
ke sekelilingnya, “kapan syutingnya dimulai?”
Adrian mengambil rantang makanan
yang diberikan Fiona, lalu Ia mendekatkan hidungnya ke rantang itu, “wah.
Baunya enak sekali.” Ujar Adrian sambil memejamkan matanya sejenak. “syutingnya
akan di mulai satu jam lagi. Tapi sepertinya aku harus makan dengan cepat.
Model gadisnya akan datang.”
Fiona memiringkan kepalanya,
“model gadisnya? Maksudmu gadis utamanya?”
Adrian mengangguk.”mm. namanya
Song Mi Na.”
Mata Fiona melebar, “Song… Mi
Na?”
Adrian kemudian menatap Fiona,
“kau tahu dia? Katanya dia adalah model dan artis pendatang baru.” Untuk
beberapa saat Adrian terdiam. “oh ya, kau pasti mengenalnya. Dia adalah putri
dari pemilik butik tempat kau bekerja bukan?”
Fiona hanya mengangguk pelan. Ia
masih sedikit heran dengan apa yang barusan Ia dengar. Ia baru tahu alasan
mengapa Song Mi Na sangat berniat untuk menjadi model pakaian butik
keluarganya. Ternyata untuk menjadi artis dan model terkenal di Seoul. Pantas
saja, saat Mrs. Song dulu sempat menawarkan Fiona untuk menjadi model, Song Mi
Na memohon-mohon kepada Fiona untuk menolak tawaran tersebut. Tapi kalaupun Mi
Na tidak memohonnya, Fiona yakin Ia tidak akan menerima tawaran tersebut. Itu
hanya bisa membuat ayahnya khawatir dan situasi akan menjadi ruyam.
“Ternyata kau memang pintar memasak.” Puji
Adrian sambil menyantap sup kimchi buatan
Fiona.
Fiona hanya tersenyum mendengar
pujian Adrian dan Ia memperhatikan nafsu makan Adrian yang lahap itu. Sesekali
Fiona tertawa kecil karena melihat Adrian menyantap suapan berikutnya sebelum
Ia menelan isi di mulutnya. Namun entah kenapa, pria itu masih terlihat tampan
dengan cara makannya yang lahap itu.
“tidak usah buru-buru seperti
itu.” Ujar Fiona sambil masih menatap Adrian yang sedang menikmati kimchi nya.
“Hwa Young-ssi?” suara gadis itu
membuat Fiona menoleh ke belakang. Tak salah lagi, pemilik suara itu adalah
Song Mi Na.
“Mi Na-ssi.” Sapa Fiona saat melihat
Mi Na yang sudah berdiri di depannya dan tersenyum manis.
Mi Na lalu melihat melewati bahu
Fiona dan menatap Adrian yang masih duduk sambil memegang semangkuk kimchi.
“Oh ternyata kau kenal dengan
Adrian Harrison?” tanya Mi Na.
Adrian lalu berdiri dan
menghampiri Mi Na. Ia mengulurkan tangannya kepada Mi Na, “Adrian Harrison,
senang bekerja denganmu.”
Fiona menatap Adrian dan kembali kepada
Mi Na. seperti yang Fiona sering lihat di mata para gadis setiap kali bertemu
dengan Adrian, Fiona bisa melihat mata hitam gelap Mi Na yang berkilat-kilat.
Mi Na membungkukkan badannya dan menjabat tangan Adrian, “Song Mi Na. aku
sangat senang bisa terpilih sebagai model gadis utama di videomu.”
Adrian mengangguk kepalanya dan
tersenyum, “dan Iya. Aku dan Fiona-ssi memang saling mengenal.”
Mi Na menatap dengan heran,
“Fiona-ssi?”
Fiona lalu mengerjapkan matanya,
Ia baru sadar akan panggilan Adrian padanya itu. Benar juga, Fiona-ssi? Hanya Adrian satu-satunya
orang yang memanggilnya seperti itu.
“Bagaimana, kalian semua sudah
siap? Kita akan mulai sekarang juga.” Terlihat Ethan Park yang sedang duduk
dengan script di depan monitornya.
Ethan Park kemudian menoleh ke arah Fiona dan alisnya terangkat. Mungkin Ia
baru saja menyadari kedatangan putrinya. Karena syuting sudah mau dimulai, Ia
tidak jadi memanggil anaknya. Fiona yang melihat reaksi ayahnya itu sedikit
kecewa. Ya, mau bagaimana lagi, ayahnya memang selalu seperti itu kepada Fiona
sejak Ia masih kecil dan sepertinya Fiona sudah terbiasa.
“Cut! Adegan yang barusan kita
ulang sekali lagi.” Ujar Ethan Park sambil menatap Adrian dan Mi Na lewat
monitornya. Syuting sudah berlangsung selama 30 menit dan masih
mengulang-ngulang adegan yang sama. Pantas saja Ethan Park disebut-sebut
sebagai sutradara paling berbakat. Ia merupakan tipe sutradara yang sangat
perfeksionis.
Fiona sedang terduduk di bangku
dekat mobil van dan memperhatikan syuting yang sedang berlangsung. Saat ini
adalah adegan di mana Adrian sedang bersandar di sisi mobil sport berwarna merah dan memegang
pinggang Mi Na sambil saling bertatapan. Ya ampun, kenapa ayahnya mengulang
adegan itu terus?
“Cut!” terdengar lagi seruan
Ethan Park dari tempat Fiona terduduk.
“Ya ampun kenapa diulang lagi…”
keluh Fiona. entah kenapa semakin lama Ia memperhatikan Adrian bersama Mi Na,
semakin kesal rasanya. Fiona merasa ada sesuatu yang membuatnya mengepal
tangannya sejak tadi. Adrian terlihat sedang mengatakan sesuatu kepada Mi Na
dan Mi Na tertawa lepas. Apa yang Adrian bilang? Kenapa Mi Na terlihat begitu
senang? Gagasan itu membuat Fiona cemberut. Entah kenapa, Ia rasanya sudah
melupakan perasaan buruk yang Ia dapatkan dari Jae Woo, namun Ia merasa makin
kesal karena apa yang dilihatnya sekarang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2012 Lady Adelaida: Sunny in Winter. Diberdayakan oleh Blogger.
0 Comments:
Posting Komentar