"Asal kau berada disampingku, di mana saja terasa hangat. terlihat terang. semuanya begitu jelas."

Kamis, 12 Juli 2012

Bagian Enam



“Wah, ternyata memang enak!” seru Adrian yang juga ikut menyantap sup Kimchi untuk pertama kalinya.
“Kau tau, sebenarnya aku tidak pernah menyukai acar sama sekali.” Lanjutnya. “tapi entah kenapa, rasanya acar khas Korea ini terasa berbeda di lidahku.”
Fiona masih tenggelam dalam pikirannya sementara Ia masih mempunyai sisa sup kimchi di mangkuknya. Adrian menyadari ekspresi wajah Fiona yang masih murung itu. Masih murung, sejak Ia melihat lelaki itu berjalan bersama gadis itu. Hal ini membuat Adrian penasaran, Ia ingin tau siapa laki-laki barusan dan ada hubungan apa di antara dia dan Fiona. Walaupun Adrian sudah mulai menduga-duga, tetapi Ia masih ingin memastikan jika tebakannya itu benar.
“Fiona…” suara Adrian lalu membuat Fiona menoleh padanya.
“Apa kau bisa membuat sup kimchi?”
Fiona tidak lagi menopang pipinya dengan sebelah tangan, “apa?”
“kau bisa membuat sup kimchi tidak?” tanya Adrian lagi.
“iya. Aku sering membuatnya sendiri di apartemenku. Dan Min Rae selalu menghabiskan kimchi buatanku sampai sisa terakhir.” Jelas Fiona tanpa memperdulikan kenyataan bahwa Adrian belum tau siapa Min Rae.
Adrian lalu tersenyum dan mengangguk, “baguslah kalau begitu.”
“kenapa?”
“aku jadi bisa memintamu untuk membuatkanku sup kimchi dan tidak usah membuang duit ke restoran.” Ujar Adrian enteng. “wah, sepertinya kau punya banyak pekerjaan untukku. Perancang busana, guru bahasa Korea dan koki sup kimchi-ku.”
Fiona menatapnya dengan alis terangkat, “Mungkin aku juga bisa merangkap menjadi asisten pribadimu.” Gurau Fiona.
Adrian menjentikkan jarinya, “ide yang bagus!”
Fiona lalu tersenyum tipis. Baguslah. Akhirnya Adrian bisa melihat Fiona tersenyum lagi seperti itu. Setidaknya Adrian berhasil menghibur Fiona sedikit. Melihat raut wajah Fiona yang muram tadi bukan merupakan suatu hal yang Adrian sukai. Entah apa yang membuatnya merasa gundah apabila melihat Fiona sedih seperti itu.
Tiba-tiba ponsel Adrian berbunyi, Ia melihat nama managernya di layar ponselnya. Astaga, Ia lupa kalau siang ini Ia harus ada di Lake Park untuk jadwal syuting berikutnya. Kenapa Ia bisa melupakan kesibukannya seperti ini?
“Halo.” Ucap Adrian dengan datar. Ia yakin Mike akan mengomelinya di telepon.
“Baiklah, aku akan bergegas ke sana sekarang.” Adrian segera menutup ponselnya dan menatap Fiona yang juga sedang memperhatikannya.
“kau punya jadwal syuting?” tebak Fiona.
“Bagaimana kau tau?”
“Kau lupa kalau aku kemarin ada di lokasi syuting bersamamu?”
“oh ya..” jawab Adrian pelan. Sepertinya otaknya yang cerdas itu mulai kacau dalam sesaat. Kenapa Ia bisa melupakan jadwalnya seperti itu?
“Apa kau juga designer yang merancang pakaian untuk adikku-Katherine Harrison?” tanya Adrian tiba-tiba.
Fiona terdiam sejenak menatap Adrian, “iya, ada apa?”
Adrian lalu menunduk dan tersenyum, lalu Ia beranjak dari tempat duduknya, “datanglah ke acara fashion show besok di COEX Convention and Exhibition Center
“Tapi aku…”
“adikku pasti akan membutuhkan bantuan designer terpercayanya.” Sela Adrian. Ia lalu melambaikan tangan sejenak pada Fiona dan beranjak pergi ke luar rumah makan.
Fiona masih terduduk sejenak seiring perginya Adrian Harrison. Fiona menatapi lelaki itu dari belakang. Adrian… orang yang menyenangkan.

 
Fiona sedang berjalan di lorong kampusnya sore ini. Ia baru saja menyelesaikan artikelnya yang tadinya tertunda karena diganggu oleh Min Rae. Untung saja Ia bisa menyelesaikannya tepat waktu. Kalau tidak, Ia harus kembali lagi besok pagi dengan artikel yang belum selesai dan membuat alasan yang jelas agar dosennya mempercayainya. Meskipun Fiona merupakan salah satu mahasiswi yang menonjol di kampus ini, tetap saja, jika tugas belum selesai, tidak akan ada toleransi.
“Oke. Sepertinya semua lukisan sudah diangkut. Kalian semua harus bersiap-siap dan tampil prima besok.” Terdengar suara salah seorang dosen dari balik koridor.
Fiona mengenal suara itu. Itu adalah suara Mr. Choi dari fakultas kesenian. Fiona mengenal nama-nama dosen dari fakultas kesenian-karena dulu- Ia sering mampir untuk bertemu dengan Jae Woo. Sekarang, semuanya jelas sudah berbeda. Fiona lalu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sekumpulan orang yang sedang berdiri di balik koridor. Ia di sana. Lee Jae Woo berdiri di sana, di tengah kumpulan orang-orang kesenian itu.
“Kalian semua sudah mendapat undangannya kan? Semua mahasiswa dan mahasiswi yang terpilih, harap menemui saya untuk 15 menit.” Ucap Mr. Choi dengan lantang.
Beberapa orang sudah bubar, tetapi hanya sekitar enam orang yang masih terdiam di posisi mereka dan merapat ke Mr. Choi. Fiona kemudian kembali berjalan sebelum orang-orang itu menyadari keberadaannya. Sambil berjalan Ia berpikir, Ia ingat akan suatu hal. Universitas Kyung Hee selalu mengadakan pameran lukisan setiap tahunnya. Dan lukisan-lukisan yang dipamerkan itu adalah lukisan para mahasiswa dan mahasiswi terpilih dari fakultas kesenian. Orang-orang yang terpilihpun bisa dihitung dengan sepuluh jari. Dan Lee Jae Woo merupakan salah satu pelukis berbakat yang terpilih. Fiona ingat, tahun lalu lukisan Jae Woo yang bertemakan modern classic telah berhasil dipilih Dekan fakultas  kesenian. Dan tahun ini, lukisannya terpilih lagi untuk kedua kalinya. Seingat Fiona, lokasi pameran lukisan itu selalu sama setiap tahunnya, di COEX convention and Exhibition center. Berarti… berlokasi di tempat yang sama dengan acara fashion show besok.

 
“Hwa Young-ssi!” seru Min Rae begitu Ia keluar dari kamarnya. Gadis itu sudah terlihat begitu riang dan berlompat-lompat sejak Ia memasuki apartemen 15 menit yang lalu. Fiona yang dipanggilnya tidak memperhatikannya dan masih sibuk menyantap kripik kentang sambil menonton televisi.
“Kau tau, tadi aku pergi ke Lake Park di Ilsan! Dan aku berhasil melihat wajah Adrian Harrison secara langsung! Walaupun hanya dari jauh.” Ucap Min Rae masih dengan nada yang tinggi.
“lalu?”
“Lalu aku mengambil beberapa fotonya saat syuting, lihat.” Min Rae kemudian menodongkan kamera digitalnya. Beberapa fotonya. Itu tidak terlihat seperti beberapa. Fiona mulai berpikir sepertinya Min Rae menjepret Adrian setiap detik. Karena di antara semua foto yang diperlihatkan, pose Adrian terlihat sama persis.
“dia tampan sekali bukan? Ya Ampun, aku merasa hampir pingsan saat melihat lesung pipit di wajahnya yang mulus itu.” Ucap Min Rae sambil mengagumi foto hasil jepretannya. Untuk sesaat Fiona lupa kalau sahabatnya ini adalah seorang mahasiswi fakultas sastra Inggris. Bagi Fiona, sahabatnya yang ada di depannya sekarang ini lebih seperti gadis remaja yang kikuk dan labil.
Fiona hanya tertawa kecil saat memikirkan gagasannya itu. “Hwa Young, apa kau tau konsep video musik terbaru Adrian?” tanya Min Rae tiba-tiba.
Sambil masih menyantap kripik kentangnya, Fiona menggeleng kepalanya.
“bukankah kau datang ke Lake Park kemarin?”
“memang. Tetapi itu tidak sengaja. Lagi pula, untuk apa aku ke sana hanya untuk mencari tau konsep video musik terbarunya?” ucap Fiona sambil melihat foto-foto di kamera digital Min Rae.
“haah kau payah.” Jawab Min Rae. “konsep video musiknya itu benar-benar menarik. Single terbaru Adrian itu tentang seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seorang gadis pada pandangan pertama. Karena gadis itu sudah membuatnya begitu terpesona, akhirnya Ia berusaha untuk mendekati gadis itu dan mengikutinya sampai Ia berhasil mendapatkannya. Romantis sekali, bukan?” jelas Min Rae tanpa ditanya.
Fiona lalu mengernyitkan alis, “mengikutinya?” ulangnya. “terkesan menakutkan.”
Min Rae lalu menepuk pundak Fiona dengan ringan, “ish, kau tidak tau hal yang romantis. Seorang penulis novel remaja harus menguasai hal-hal seperti itu.” Protes Min Rae.
“memangnya aku pernah bilang kalau aku ingin menjadi seorang penulis novel remaja?”
“sama saja. Seorang penulis handal harus menguasai semua genre.” Ucap Min Rae membela diri.
Fiona hanya mengangguk sambil tertawa kecil melihat sahabatnya yang tidak mau kalah itu. Kemudian Min Rae tersentak, “oh ya! Katanya model gadis yang akan ada di video musik ini adalah seorang gadis Korea.”
“lalu? Bukankah itu hal yang bagus?” ujar Fiona walaupun Ia merasa agak ragu dengan apa yang dikatakannya.
“bagaimana mungkin itu hal yang bagus? Aku berharap itu hanya gosip. Aku berharap modelnya adalah gadis dari Inggris atau Amerika, asal jangan dari Korea.” Harap Min Rae.
Fiona terlihat heran, “kenapa begitu? Bukankah kalau modelnya seorang gadis Korea akan lebih baik? Seperti akan membawa kesan baru di video musiknya.” Ujar Fiona.
Min Rae lalu mengetuk pelipisnya dengan jari telunjuk, “memang ada benarnya sih…” lalu Ia melipat kedua tangannya, “tetapi tidak bisa. Aku pasti akan sangat jealous. Bukan hanya aku, tapi fans-fans lainnya di Korea juga akan sangat iri dengan model itu!” akunya.
Fiona lalu hanya terkekeh mendengar penjelasan sahabatnya itu. Jadi hanya karena itu? Ya ampun… benar-benar. Hanya karena soal cemburu atau iri. Fiona merasa lega Ia bukan bagian dari fans fanatik Adrian. Bisa-bisa Ia menganggap dirinya sendiri yang sudah gila.
“Kau besok ada jadwal apa?” tanya Min Rae sambil mengambil beberapa kripik kentang.
“Aku berencana untuk pergi ke fashion show besok. Ada pekerjaan sedikit di sana.” Jawab Fiona.
Fashion show?” ulang Min Rae. “apakah kau salah satu perancang busana di sana?”
“bisa di bilang begitu.” Fiona lalu berhenti sejenak dan berpikir, lagipula, aku juga ingin melihatnya.
“melihat siapa?” pertanyaan Min Rae membuyarkan lamunan Fiona. Astaga, apakah Ia baru saja menyuarakan pikirannya?
“kau ingin melihat siapa?” tanya Min Rae lagi.
“tidak ada.” Jawab Fiona dengan cepat.
Min Rae menyipitkan matanya sambil menatap Fiona, “aku mencium sesuatu yang mencurigakan.”
Fiona lalu mendesah pelan. Ia yakin kalau sudah seperti ini, Ia tidak bisa mengelak lagi dari sahabatnya itu. Min Rae sangat pintar dalam memprediksi sikap Fiona. “Lee Jae Woo akan datang ke tempat yang sama besok.” Akunya.
Min Rae lalu memutar bola matanya, “lagi? Kenapa harus dia? Apakah di dunia ini tidak ada laki-laki lain yang bisa membuatmu terpesona?”
Fiona tidak menjawab. Kini Fiona terdiam dengan raut wajah yang ragu.
“Apakah dia juga akan datang untuk melihat Fashion Show?” tanya Min Rae lagi tanpa menunggu respon dari Fiona.
“tidak. Besok adalah hari pameran lukisan universitas Kyung Hee. Acara itu berlokasi di gedung yang sama. Tetapi di lantai yang berbeda.”
“Aku berharap kau benar-benar disibukkan dengan pekerjaanmu besok.” Ucap Min Rae langsung sambil menyantap kripik kentangnya, “jangan bilang kau ingin kabur melihat Lee Jae Woo di pameran lukisan itu.” Tebak Min Rae.
Sekali lagi, Fiona tidak menjawab. Sepertinya sahabatnya ini sangat pandai dalam membaca pikirannya. Fiona lalu merasa dirinya memang menyedihkan. Sangat menyedihkan.
Apakah di dunia ini tidak ada laki-laki lain yang bisa membuatmu terpesona? Perkataan Min Rae barusan masih terngiang di telinga Fiona. Mungkin sejauh ini Ia masih belum menemukan seseorang yang mampu menggantikan posisi Lee Jae Woo di hatinya. Mungkin begitu…
Namun terpisah dari semua itu, Fiona terdiam saat melihat salah satu foto di mana Adrian sedang tertawa menghadap kamera. Entah kenapa, Fiona merasa jantungnya berdetak tidak seperti biasanya. Adrian tertawa lepas, tetapi gayanya yang cool itu tidak memudar sama sekali. Kenapa pria ini selalu terlihat tampan?

 
Min Rae berjalan menuju dapur dengan langkah malas yang diseret-seret. Ia bangun lebih siang hari ini karena tidak ada jadwal kuliah. Tapi saat Ia terbangun, Fiona sudah tidak ada di tempat tidur. Oh iya, Min Rae lalu teringat dengan acara fashion show hari ini yang diadakan pagi hari. Begitu juga dengan pameran lukisan Universitas Kyung Hee yang diadakan bersamaan. Sepanjang malam tadi Min Rae sudah mulai mengkhawatirkan keadaan Fiona. Ia berharap gadis itu tidak akan menemui Lee Jae Woo dan pulang dengan wajah yang kusut.
“Kau sudah bangun?” Min Rae yang baru menegak segelas air putih menoleh ke arah toilet.
Matanya melebar ketika melihat sosok Fiona yang sudah dibaluti gaun pesta casual selutut berwarna merah muda. Rambut panjangnya yang cokelat gelap digerai dengan sentuhan jepit rambut mawar merah kecil dikepalanya dan wajahnya yang putih bersih itu dipoles dengan make up natural. “Dear, pantas saja mereka menganggapmu designer yang berbakat.” Ujar Min Rae memuji.
Fiona sedikit memiringkan kepalanya “kenapa?”
“Kau sangat pintar dalam berpernampilan. Kau terlihat sangat cantik seperti biasanya.” Puji Min Rae lagi.
Fiona hanya tersenyum kecil, “terima kasih. Aku harus bergegas sekarang.”
“Kau sudah sarapan?”
Fiona menggeleng kepalanya, “tenang saja, di sana akan ada banyak kue.” Balas Fiona sambil memasang sepatu hak tingginya yang sesuai dengan warna gaunnya.
Min Rae mendengus, “kau sudah kurus, kau tau? Kuliah dan bekerja sebagai designer itu sangat melelahkan, butuh banyak gizi.”
Fiona tidak menjawab sahabatnya, Ia hanya melambaikan tangan dan tersenyum “sampai ketemu nanti.”

Sesampainya di COEX convention, tepatnya di lantai 4 gedung, Fiona sudah melihat beberapa orang penting dan designer-designer terkenal berkumpul di halaman utama. Acaranya baru akan mulai 1 jam lagi, tetapi para tamu terlihat begitu rajin untuk datang begitu awal. Begitu juga dengan para wartawan yang sudah siap dengan kamera mereka di semua sisi. Fashion show ini merupakan salah satu acara paling penting di dunia entertainment Korea, karena melibatkan beberapa artis dan tentunya model-model terkenal juga para perancang busana ternama di Korea Selatan. Kalau sudah seperti ini, Fiona segera berusaha menghindari diri dari kerumunan, berharap orang-orang tidak terlalu menyadari keberadaannya. Fiona tidak suka berada di tengah orang ramai, terutama para orang terkenal. Itulah alasannya Ia tidak terlalu dekat dengan ayahnya yang seorang sutradara terkenal. Tunggu dulu, apakah ayahnya akan datang juga ke acara fashion show ini? Fiona menutup mulutnya dengan sebelah tangan, baru sadar akan hal yang satu itu. Astaga, kalau ayahnya datang dan mengetahui Fiona yang juga ada di sini, ayahnya pasti akan marah besar.
Sepertinya Ia harus bersembunyi di sepanjang acara. Tak ada pilihan lain.
“Hwa Young-ssi?” Fiona merasa bahunya di sentuh seseorang, Ia lalu menoleh ke belakang,
“ah, Katherine.” Fiona membungkukkan badannya sedikit ketika menyadari Katherine Harrison yang sedang tersenyum kepadanya.
Katherine masih terlihat dengan baju casualnya, sepertinya Ia belum bersiap-siap. “apa kau datang untuk membantuku?” tanya Kate dengan ramah.
“Iya, tentu saja.” Jawab Fiona langsung, berusaha terdengar normal. Sambil melirik ke sekelilingnya, Fiona lalu bertanya, “apa sebaiknya sekarang kita bersiap-siap saja? Maksudku, di mana ruang riasnya?”
“Oh, aku baru saja selesai dengan make up ku. aku hanya perlu memilih kostum sekarang. Kebetulan sekali melihatmu di sini. Benar-benar waktu yang tepat.” Jelas Kate dengan senyumnya yang lebar. “ayo, ikut aku ke belakang panggung. Di sana kostum-kostumnya sudah disiapkan.”
Fiona hanya mengikuti Katherine dari belakang, dengan langkah yang agak cepat, Fiona sedikit menundukkan kepalanya, berharap tidak ada orang yang akan datang menghampirinya dan berkata kau Fiona Park, putri dari model Inggris Julia Scarlett bukan?
Kalau itu sampai terjadi, ayahnya pasti akan sangat khawatir. Tidak. Itu tidak mungkin terjadi. Sangat sedikit orang yang mengetahui kalau Fiona adalah putri dari sutradara Ethan Park dan Julia Scarlett. Ayahnya sudah berusaha menutupi hal itu sejak Fiona masih kecil. Sejak kecelakaan yang mengerikan itu. Fiona memang selalu was-was setiap Ia menghadiri acara atau pesta seperti ini. Pikirannya selalu melayang ke arah-arah negatif yang mungkin terjadi.


“Acara akan dimulai 10 menit lagi! Model pertama yang akan keluar, bersiap-siaplah! Ingat urutan kalian, okay? Oh ya, di mana designer Han? Aku membutuhkannya segera!” ujar ketua panitia itu dengan lantang.
Fiona sedang memberikan sentuhan terakhir pada kostum yang dikenakan Katherine Harrison. Sesekali Ia melihat ke sekelilingnya, orang-orang terlihat begitu sibuk. Suara lantang ketua panitia itu terdengar di setiap sisi ruangan.
“Mr. Jo memang selalu terlihat tegang seperti itu.” Ujar Kate, berhasil membaca pikiran Fiona.
Kate lalu tersenyum, “tetapi Ia itu seorang ketua panitia yang hebat. Setiap acara fashion show yang dikelolanya selalu berhasil dengan sukses yang besar.”
Fiona lalu menatap Katherine dan tersenyum, “sudah selesai. Sekarang masuklah ke barisanmu.” Ujar Fiona sambil sedikit merapikan kostum Katherine.
Alis Fiona terangkat begitu melihat Kate yang baru saja menghela napas, “kau grogi?”
Kate lalu menatap Fiona sejenak dan tertawa rendah, “kau tidak percaya, bukan? Walaupun aku sudah terkenal di atas cat walk, tapi sejujurnya di setiap awal acara aku bisa dikatakan selalu grogi.” aku Katherine.
“Percayalah, kau pasti akan melakukannya dengan baik. Fighting!” ujar Fiona menyemangati. Kate yang mendapat semangat dari Fiona kemudian tersenyum lebar, Ia lalu berjalan memasuki barisan model-model yang siap tampil.

Setelah selesai membantu Katherine, Fiona segera mengintip dari balik tirai hitam di belakang panggung. Begitu banyak blitz kamera di sana-sini, Ia hampir tidak bisa melihat tamu-tamu yang sedang terduduk di bangku penonton. Fiona ingin memastikan jika ayahnya memang datang. Namun setelah dilihat-lihat, halaman utama itu gelap, lampu hanya tersorot kepada para model di atas cat walk. Semua orang sedang memusatkan mata mereka kepada para model yang berjalan silih berganti di atas cat walk. Itu berarti Fiona bisa keluar dan melihat Fashion show dari halaman utama tanpa ada perasaan was-was.
Akhirnya Fiona memutuskan untuk melihat penampilan para model dari halaman utama, dan tepat saat giliran Katherine Harrison tiba, Fiona bisa melihat gaya berjalan model gadis tinggi itu yang memukau. Blitz kamera makin menyilaukan ketika Katherine tiba di atas cat walk. Beberapa sorakan dari penontonpun terdengar. Katherine Harrison memang seorang model berbakat dan Fiona tidak melihat sedikitpun perasaan grogi yang terpancar dari gadis itu.
Fiona yang masih mengagumi penampilan Katherine tiba-tiba merasakan tangan seseorang menyentuh bahunya. Fiona terkesiap dan matanya melebar, apakah yang Ia takutkan sejak tadi sekarang terjadi?
“Kita bertemu lagi.” Terdengar suara lembut yang tidak lagi asing di telinga Fiona. Ia lalu menoleh ke belakang, dan tubuhnya yang tadi menegang, kini bisa kembali rileks, Adrian Harrison tersenyum padanya.

 
Adrian sudah tiba di COEX convention and Exhibition center. Hari ini Ia sedang tidak ada jadwal syuting dan lagipula Ia sudah berjanji kepada Katherine untuk melihat fashion show adiknya hari ini sejak dua hari yang lalu. Awalnya Ia merasa agak malas untuk datang. Bagaimanapun juga, sekarang orang-orang di Seoul sudah mengetahui keberadaannya di sini, kalau dia datang ke acara fashion show itu, sudah pasti banyak orang yang akan berusaha untuk mendekatinya, apalagi para wartawan yang sudah siap siaga di acara itu. Apa boleh buat, itulah bagian yang melelahkan dari pekerjaannya. Tetapi terlepas dari semua itu, satu hal yang merubah pikirannya adalah Fiona Park. Gadis itu berkata Ia akan menghadiri fashion show hari ini sebagai perancang busana adiknya, bukan?
Ya, karena Adrian tahu Fiona akan datang, Ia akhirnya memutuskan untuk tiba ke acara itu. Siapa tahu Ia bisa bertemu lagi dengan gadis itu.
Saat memasuki halaman utama yang sudah gelap, Adrian melihat ke sekeliling ruangan, Ia mengenal beberapa orang penting yang duduk di sana, walaupun tidak semuanya. Untuk sejenak Ia melihat ke arah para model yang sedang tampil, dan tepat pada saat itu Katherine Harrison sedang ada di atas cat walk. Adrian tersenyum melihat adiknya dan juga respon para penonton yang ditujukan kepada adiknya. Ternyata Katherine juga pandai dalam memikat hati orang.
Adrian lalu mengalihkan pandangannya ke sisi panggung, dan matanya segera menangkap seorang gadis dalam balutan gaun merah muda. Walaupun halaman utama itu sedikit gelap, Adrian bisa mengenali gadis itu dari mata hijaunya yang jelas. Blitz kamera kembali menyilaukan, dan Ia bisa melihat wajah dan mata hijau gadis itu, Fiona Park.
“Kita bertemu lagi.” Ucap Adrian dengan nada suaranya yang lembut sambil menyentuh bahu Fiona. Adrian bisa merasakan tubuh gadis itu menegang dan Ia tidak bergerak untuk beberapa saat. Lalu gadis itu menoleh ke belakang dan menatap Adrian dengan mata agak terbelalak, tetapi ketika Ia melihat Adrian, tubuhnya sudah tidak menegang lagi. ada apa dengannya?
“Kau baik-baik saja?” tanya Adrian langsung. “maaf mengagetkanmu.”
“tidak apa-apa.” ujar Fiona dengan nada yang diusahakan terdengar rileks.
Adrian kemudian menatap Fiona yang mengerjapkan mata disampingnya, “Kau menikmati fashion show nya?”
Fiona mengangguk pelan, “mm.” untuk beberapa saat mereka saling diam. Namun akhirnya Fiona menatap Adrian, “kau datang untuk melihat adikmu?”
“iya. Dia memintaku untuk datang.” Jawab Adrian dengan tatapan yang ditujukan ke panggung.
“Katherine terlihat mengagumkan tadi.” Ucap Fiona.
Adrian hanya tersenyum dan tak menjawab untuk sesaat, lalu Ia memperhatikan Fiona, “kenapa kau tidak menjadi model?”
Fiona yang mendengar pertanyaan Adrian lalu menatapnya dengan mengerutkan keningnya, “hah?”
“postur tubuhmu menyerupai seorang model.” Kata Adrian dengan santai. “bahkan kau terlihat lebih cantik dibandingkan dengan model yang ada di sana.” Adrian lalu menggerakkan kepalanya ke arah salah seorang model yang sedang tampil.
Fiona masih terdiam dan menatap Adrian, kenapa lelaki ini tiba-tiba berpikir Fiona seharusnya menjadi seorang model? Memang beberapa orang kenalan Fiona sudah berkata hal yang sama persis. Tetapi Fiona selalu tidak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Kenapa Adrian bisa menebak dan menilai Fiona dengan sangat cepat?
Tiba-tiba Adrian mendengar seseorang yang menyerukan namanya, Ia kemudian berbalik dan melihat seorang kenalannya dari Inggris yang merupakan produser artis terkenal yang sudah lama tinggal di Korea, Luis Murray.
“Tunggu sebentar.” ucap Adrian kepada Fiona yang juga melihat ke arah temannya itu.
Fiona mengangguk, namun karena Ia juga sadar bahwa teman Adrian itu adalah orang Inggris, perasaan was-was Fiona kembali menyelimutinya. Bagaimana kalau orang itu tahu kalau Fiona adalah putri dari Julia Scarlett? Bagaimana kalau orang itu tahu dan akan memanggil nama Fiona keras-keras dan akan mengundang perhatian banyak orang di sini? Bagaimana… Ah, Fiona sudah tidak bisa membayangkan hal-hal buruk lainnya. Ia harus segera pergi dari sini, sebelum teman Adrian yang bernama Luis Murray itu melihatnya.
“Wah Adrian, aku memang mempunyai firasat akan bertemu denganmu di sini.” Ucap Luis dengan puas sambil menjabat tangan Adrian.
“aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini.” Kata Adrian sambil tersenyum.
“Kau sudah melihat penampilan adikmu? Dia sangat memukau.” Mata Luis yang biru itu berkilat-kilat. Adrian tau persis maksud dari tatapan itu. Diantara semua pria yang berusaha mendekati Katherine, Luis adalah salah satunya. Dan Ia merupakan tipe pria yang tidak menyerah begitu saja. Yang benar saja, sejak Adrian berumur tujuh belas tahun dan Katherine berumur lima belas tahun, Luis yang sebaya dengan Adrian sudah mulai mengejar Katherine. Ia sangat berharap adiknya tidak akan terpincut oleh Luis yang dasarnya memang menyukai model dan wanita cantik.
“ya. Aku sudah melihatnya.” Adrian berusaha terdengar ramah. Sekilas, Ia melirik ke belakang, mencari sosok Fiona. Ia berharap Luis tidak melihat gadis itu, atau bisa-bisa Luis akan berpaling kepada Fiona seketika itu juga. Adrian tidak mau itu terjadi. Tetapi, di mana gadis itu?

Fiona akhirnya berhasil keluar dari halaman utama acara fashion show, kini Ia merasa sedikit lebih lega. Sepertinya Ia tidak bisa diam dan bertahan di dalam sana lebih lama lagi. Fiona melihat jam tangannya, ternyata waktu masih berjalan singkat. Ia tak tahu harus ke mana sekarang. Apakah Ia pulang saja? Tidak. Fiona kemudian teringat akan pameran lukisan yang di adakan hari ini di lantai dua. Mungkin saja… Fiona bisa melihatnya.
Sesampainya di lantai dua, Fiona bisa melihat spanduk besar bertuliskan “PAMERAN LUKISAN TAHUNAN UNIVERSITAS KYUNG HEE”
Fiona lalu melihat barisan panjang dari luar ruangan pameran yang luas itu. Memang di setiap tahunnya, pameran lukisan Universitas Kyung Hee selalu kedatangan banyak orang. Universitas Kyunh Hee terkenal dengan para alumninya yang sukses di dunia entertainment dan musik. Tak heran jika setiap pameran yang diadakan selalu menerima banyak peminat.
Fiona lalu melangkahkan kakinya menuju ruang ekshibisi dan saat Ia ingin melangkahkan kakinya masuk, Ia langsung melihat sosok Kim Ha Ra yang berlari kecil menghampiri Lee Jae Woo yang berdiri tersenyum menunggu kedatangannya. Lagi? Kenapa mereka selalu berdua saat Fiona ada disekitar Lee Jae Woo?
“Sayang, aku melihat banyak orang yang menyukai lukisanmu, selamat ya!” terdengar ucapan Kim Ha Ra dari ujung sana.
‘Sayang’? Jadi Kim Ha Ra memang sudah berpacaran dengan Lee Jae Woo? Bahkan Fiona belum mengatakan kata putus kepada Lee Jae Woo. Walaupun memang mereka sudah tidak bersama lagi… tetapi itu belum sah!
“Sebentar lagi aku ada wawancara dengan media. Dan saat itu aku akan menyebutkan namamu.” Ujar Lee Jae Woo pada Ha Ra sambil melingkari tangannya di pinggang Ha Ra, “karena kau adalah inspirasi dari lukisanku itu.”
Fiona merasa dirinya membeku. Dadanya sesak dalam seketika, Ia merasa darahnya naik ke pipinya. Lalu matanya terasa panas. Ia mendengar semua itu. Fiona lalu mengibaskan tangannya, berusaha agar matanya tidak mengeluarkan air mata.
“Fiona-ssi.” Ucap pria yang sedang berdiri di depannya dari kejauhan. Ia tidak sadar bahwa Adrian sudah memperhatikannya sedari tadi. Memperhatikan Fiona yang berusaha mengendalikan emosinya. Ini memalukan.

 
Udara malam ini sangat dingin. Ternyata Fashion show itu berlangsung seharian. Adrian yang tadi siang mendapati Fiona sedang berdiri di depan ekshibisi akhirnya terus berada disampingnya. Gadis itu sudah terlihat murung seharian. Dan Adrian tau jelas apa sebabnya. Adrian tahu mengapa Fiona berdiri diam di luar sana dengan wajahnya yang memerah. Lelaki itu lagi-lagi bersama gadis yang waktu itu Ia lihat di luar rumah makan kimchi. Selama seharian ini Adrian terus berusaha menghibur Fiona dengan membicarakan hal-hal lain dan membuat Fiona beberapa kali mengangkat alisnya heran dan tertawa kecil. Walaupun begitu, tetap saja masih terpancar ekspresi wajah murung dari gadis itu. Sebuah tanda tanya besar terbenam di otak Adrian, kenapa gadis ini begitu mengharapkan laki-laki itu?
“Kalau kau berjalan, lihatlah ke depan.” Ujar Adrian setelah menatap Fiona yang berjalan sambil menunduk.
Fiona lalu menatap ke depan, “ah, iya.”
Untuk beberapa detik, mereka saling diam. “apa kau tidak mau menceritakannya padaku?” tanya Adrian tiba-tiba.
Fiona lalu menatap Adrian dengan ekspresi wajah yang datar, “bercerita apa?”
“aku sebenarnya sudah tahu dan waktu itu masih menduga-duga.” Adrian menatap lurus ke depan. “dan sekarang aku yakin apa penyebab wajahmu yang murung itu.”
Fiona mendapati dirinya terjebak sesaat dalam tatapan Adrian yang lurus padanya. “kau sepertinya pintar membaca gerak-gerik seseorang.” Fiona mendesah pelan, “namanya Lee Jae Woo. Dia adalah mantan kekasihku.”
Adrian yang mendengar perkataan Fiona kemudian terdiam sejenak, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Benar. Fiona memang pernah mempunyai hubungan dengan lelaki itu. Dan Fiona masih mengharapkannya. Kenapa kepala Adrian tiba-tiba terasa berdenyut?
“Dia adalah mahasiswa kesenian di Universitas Kyung Hee.” Lanjut Fiona. “dari dulu aku sudah sangat menyukainya. Sejak aku SMA, Ia sudah seperti idola disekolahku. Dan kita sudah bersama selama 1 tahun, sampai saatnya…” Fiona lalu berhenti. Sadar Ia sudah mulai berceloteh panjang lebar.
“Wah, salju sudah turun!” seru Fiona sambil mendongak melihat ke atas langit.
Adrian yang tadinya masih tenggelam dalam pikirannya, lalu melihat ke atas, “salju sudah turun…” ulangnya pelan.
Raut wajah Fiona yang tadinya murung lalu berubah cerah seketika, “kau tahu, aku sangat menyukai musim dingin saat salju turun.” Ucapnya bersemangat sambil berputar.
Fiona lalu berjalan sambil melompat-lompat, Ia terlihat seperti gadis polos yang begitu riang saat salju turun. Adrian terhenti dan memperhatikan Fiona, pertama kalinya Ia melihat gadis itu begitu riang. Adrian lalu mencari kameranya yang lupa Ia bawa. Akhirnya dengan cepat Adrian mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto Fiona tanpa disadari oleh gadis itu. 

0 Comments:

Posting Komentar

2012 Lady Adelaida: Sunny in Winter. Diberdayakan oleh Blogger.

© Sunny In Winter, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena