"Asal kau berada disampingku, di mana saja terasa hangat. terlihat terang. semuanya begitu jelas."

Senin, 09 Juli 2012

Bagian Satu

Seoul, Korea Selatan

Sebentar lagi musim dingin akan tiba, tetapi Park Hwa Young alias Fiona Park, gadis blasteran Korea-Inggris itu sudah bisa merasakan udara pagi yang beku merasuk ke dalam tubuhnya. Meskipun begitu, dia menyukai perasaan itu, apalagi di saat salju mulai turun.
Tiba-tiba telepon genggamnya bergetar,
“ahhh siapa pagi-pagi begini menelepon??” erangnya sambil merentangkan kaki dan tangannya di tempat tidur. Rasanya enggan sekali untuk beranjak dari tempat tidur yang hangat.
Dengan kaki yang diseret-seret, Fiona menghampiri meja belajarnya dan dengan mata yang masih setengah terbuka, Ia menjawab telepon,
“Haloo??”
“Hwa Young-ssi??”
Dari suara yang lembut dan bernada rendah itu, Fiona sudah bisa menduga itu adalah suara sahabatnya, Han Min Rae.
“ya? Kenapa menelepon pagi-pagi begini?”
“pagi-pagi begini?? Apa kau sudah lupa? Hari ini pengumuman beasiswa graduate course untuk English Literature di Oxford sudah keluar!” ucap Min Rae dengan nada tidak sabar
Fiona terdiam sejenak, lalu matanya yang masih terbuka setengah tadi kini membelalak, “haah?? Ya ampun… aku lupa!”
“Dasar… ini benar-benar pertama kalinya kau seperti ini. Sekarang cepat lihat di internet, apakah kamu lulus.”
“apa kau sudah melihat daftar kandidat yang lulus Min Rae?”
Fiona tidak mendengar jawaban dari Min Rae untuk beberapa detik.
“mm, kau lihat saja dulu, oke?”
“ahhh kau memang selalu ingin merepotkan aku, kalau memang kau bangun lebih dulu, kenapa tidak check dan beritahu aku??”
“jangan cerewet, cepat check emailmu.”
Tanpa menjawab perkataan Min Rae, Fiona segera menutup ponselnya dan bergegas ke meja belajarnya.
“ayolah… kenapa koneksinya tiba-tiba lambat begini…”
Beberapa saat kemudian, Fiona melihat satu inbox baru di emailnya.
Dengan bergumam dalam hati, Ia sangat berharap Ia lulus program beasiswa ini.
“satu…… dua…. tiga…. tunggu dulu, AAAA!! Dua!!” teriak Fiona dengan girang.
“aku rangking dua!! Aku nomor dua!! Ya Tuhan…. Terimakasih!!”
Masih kegirangan, Fiona kembali mengambil ponselnya dan menghubungi Min Rae
“Min Rae-ssi!!”
“kau sudah lihat??” terdengar suara Min Rae yang bernada senang
Fiona lalu tiba-tiba menyadari sesuatu, “jadi kau sebenarnya sudah tau?? Kenapa tidak memberitahuku dari tadi! Kan aku jadi tidak perlu berdebar-debar seperti itu!”
“itu namanya kejutan.. selamat ya!! Walaupun masih 3 bulan lagi, selamat!”
Fiona hanya mengangguk dan tersenyum walaupun dia tau Min Rae tidak bisa melihatnya,
“iya.. kamu sendiri bagaimana? Lulus??”
Terdengar Min Rae yang terkesiap di ujung sana,
“tentu saja!! Aku berada di urutan 15 dari 30 orang yang terpilih!”
Fiona lalu bertepuk tangan, “itu bagus sekali! Akhirnya aku bisa pergi dengan temanku!” ucapnya riang.
“Hwa Young, aku rasa kita perlu merayakan kelulusan ini, benar tidak? Mm, apakah Jae Woo sudah tau? Kita harus merayakan ini dengannya, dia pasti akan sangat senang untukmu!”
Ekspresi wajah Fiona tiba-tiba berubah perlahan, “mm, iya. Aku akan memberitahunya. Dia pasti akan senang.” Ujarnya datar.
Min Rae tidak merasa ada sesuatu yang mencurigakan, “baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa nanti di kampus!”
Setelah menutup ponselnya, Fiona lalu melihat ke arah meja kecil di samping tempat tidurnya, di mana bingkai foto kecil itu terletak. Foto Fiona yang sedang dipeluk dari belakang oleh laki-laki berambut hitam gelap dan Fiona menggenggam kedua lengannya dengan senyum yang cerah.
Dengan tatapan yang sayu, Ia bergumam, “apakah mungkin kau akan seperti dulu lagi?”


London, Inggris

“Jadi bagaimana menurutmu??” Tanya Mike Wyler pada seorang pemuda yang duduk didepannya sambil melihat jejeran konsep-konsep dan rencana video musik yang terdapat di meja bundar itu.
Sambil berpikir beberapa saat, pemuda itu lalu mengambil satu foto pemandangan di atas meja,
“hmm… kalau yang ini dimana?”
“oh, itu di Seoul, Korea Selatan. Pemandangannya menarik bukan? Itu tepatnya di Lake Park di Ilsan.”
“memang menarik.” Kata pemuda itu sambil masih memandangi foto ditangannya.
“apa kau sudah tau siapa sutrada video musikmu nanti, Adrian?” Tanya Mike tiba-tiba
“belum.”
“dia adalah seorang sutradara terkenal sejak tahun 90’an. Istrinya adalah mantan actress dan model terkenal di London, Julia Scarlett. Dan sekarang dia…”
“tunggu dulu.” sela Adrian.
“maksudmu… Sutradara Ethan Park dari Korea Selatan?” tebak Adrian dengan nada yang meyakinkan.
Mike lalu tersenyum, “tepat sekali.”
Mike kemudian mengambil foto yang tadinya dipegang oleh Adrian, “dan kebetulan sekali kau memilih taman ini sebagai setting video musik mu. Apakah ini memang hanya kebetulan?” ujar Mike.
“kau manager ku, kau sendiri pasti tau kalau aku selalu memilih konsep yang tepat untuk video musikku. Lagi pula aku rasa ibu akan sangat senang kalau aku memilih untuk pergi ke Korea.”  Kata Adrian sambil melihat-lihat konsep-konsep yang lain.
Adrian Harrison adalah seorang artis muda terkenal di London. Ia merupakan artis yang paling diminati dan mempunyai begitu banyak fans saat ini, terutama fan girl. Matanya yang cokelat gelap itu berasal dari ibunya yang merupakan orang Korea dan rambut cokelat pirangnya itu berasal dari ayahnya yang merupakan orang Inggris. Postur tubuhnya yang menyamai seorang model, senyumnya yang khas dan menawan, gayanya yang cool dan logat Inggrisnya yang kental, membuatnya bukan hanya menjadi seorang artis terkenal tetapi juga pria idaman bagi hampir semua gadis di Inggris. Adiknya, Katherine Harrison yang 2 tahun lebih muda darinya adalah seorang model di Korea Selatan yang juga diminati banyak klien. Keluarga Harrison terkenal dengan anggota keluarganya yang rata-rata dianggap ‘ideal’.

“Lalu, kau masih akan menuruti ibumu?” Tanya Mike.
Alis Adrian terangkat, “maksudmu??”
“itu, soal ibumu ingin kamu bertunangan atau menikah dengan seorang gadis Korea atau Asia lah.”
Adrian lalu tertawa hambar, “memang, dia masih mempunyai ambisi itu. Dia sangat tidak ingin aku mempunyai hubungan dengan gadis Western. Bagi dia aku akan hidup jauh lebih baik dengan gadis Asia yang mempunyai sopan santun yang tinggi.”
“memangnya kamu pernah berbuat salah apa…” ucap Mike sambil membereskan foto-foto dan rencana konsep di meja bundar itu.
“kau itu, Adrian, sudah sangat sopan. Hanya dengan tersenyum saja, kau bisa menyihir satu gadis dalam 3 detik. Kau bisa mendapatkan gadis manapun di London.”
“justru karena itu…” Adrian lalu beranjak dari tempat duduknya, “Ibu ingin agar aku menebar pesonaku di Korea dan menemukan gadis itu.”
‘hahaha, lucu sekali.” Tawa Mike ringan.
“Lalu kau sendiri bagaimana? Rencana syuting video musik di Korea juga ditemani dengan rencana mencari gadis?”
“aku masih 20 tahun. Dan masih menikmati pekerjaanku. Soal wanita, aku sendiri tidak mau ambil pusing dulu. Lagipula aku tidak tau terlalu banyak perbedaan antara gadis asia dan barat.” Jawab Adrian.
Mike hanya mengangguk mengerti.
Adrian lalu melirik jam tangannya, “aku harus keluar sebentar. Kapan kita berangkat ke Seoul?”
“2 hari lagi.” Jawab Mike singkat.

2 Comments:

2012 Lady Adelaida: Sunny in Winter. Diberdayakan oleh Blogger.

© Sunny In Winter, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena